Selasa 28 Mar 2017 19:12 WIB

Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat dan Destinasi Kajian Islam di Dunia

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menilai Indonesia berpotensi menjadi kiblat dan destinasi kajian Islam di dunia. Menurutnya, ada beberapa alasan potensi besar Indonesia jadi kiblat kajian Islam.

"Pertama, karakter keberagamaan di Indonesia relatif lebih kompatibel dengan modernitas dan demokrasi," kata Kamaruddin saat memberikan sambutan dalam Bahtsul Masail PCINU Belanda di Masjid Al Hikmah, Den Haag, Selasa (28/3).

Selain diaspora pelajar NU di Eropa, pertamuan ini juga dihadiri Husnan Bey Fanani, Dubes Azerbaijan yang juga alumni Leiden University. Husnan juga tercatat pernah bertugas di Kementerian Agama sebagai Staf Khusus Menag Surya Dharma Ali.

Karakter ini, kata Kamaruddin, yang justru menjadi sisi lemah keberagaman negara Timur Tengah sebagai tempat lahirnya Islam (origin of Islam). Hubungan agama dan negara di beberapa negara lain, seperti Pakistan juga belum harmonis dan masih cenderung ekaplootatif. Potret keberagamaan di Iran juga determinasi religiousitas sehingga resisten untuk menjadi kiblat kajian.

Kedua, Muslim Indonesia saat ini 43 persen di antaranya berada pada rentang usia 25 tahun ke bawah. Indonesia saat ini bahkan sedang berproses untuk menikmati bonus demography.. di tengah2 aging population.

Ketiga, Indonesia memiliki ribuan madrasah dan pesantren. "Semuanya secara massif mengajarkan Islam rahmatan lil alamin," ujarnya.

Keempat, Indonesia memiliki struktur sosial keberagamaan yang kuat seiring keberadaan NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya. "Semuanya mengusung moderatisme Islam. Kalau Islam Indonesia hari ini compatible dengan modernitas dan demokrasi, maka itu tidak bisa dilepaskan dari keunggulan Indonesia tersebut," tuturnya.

Sebagai kiblat yang potensial, sudah saatnya Islam Indonesia dipromosikan ke Eropa dan Barat. Tawaran Islam Indonesia atau Islam. Bus diharapkan dapat mengurai persoalan akulturasi budaya seiring adanya kecurigaan dan ketakutan dalam relasi Islam dan Eropa.

"Di sinilah, Islam Indonesia bisa memberikan tawaran model alkukturasi. Islam Nusantara menjadi implementasi cerdas dialog Islam dengan realitas budaya," terangnya.

"Tentu tidak arif membawa Islam Nusantara secara total ke Belanda. Tapi itu bisa jadi Benchmark dalam proses dialog Islam dengan partikularitas di Belanda," tandasnya.

Usai memberikan sambutan, Kamaruddin melakukan peresmian Aswaja Center Belanda. Aswaja Center ini akan menjadi pusat kajian diaspora Indonesia yang ada di Eropa.

Selain itu, Aswaja Center Belanda akan menjadi tempat mengkaji, menjaga sekaligus menebarkan paham aswaja sebagai manhaj Islam rahmatan lil alamin yang selaras Islam nusantara.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement