Ahad 19 Mar 2017 19:31 WIB

Ustaz Wahfiudin Miris, Informasi Keagamaan di Internet Masih Minim

Rep: Lintar Satria/ Red: Maman Sudiaman
Ustaz Wahfiudin
Foto: dok. pribadi
Ustaz Wahfiudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Wahfiudin Sakam mengaku miris sedikitnya akses informasi keagamaan di internet. Wahfiuddin mengatakan orang yang terdaftar pemilik sim card di Indonesia sebanyak 274 juta orang. Padahal penduduk Indonesia hanya 250 juta orang.

Hal itu artinya bahwa satu orang ada memiliki lebih dari satu nomor telepon. Mereka bisa akses internet dengan gadget mereka. "Tapi mengapa kalau intervensi mereka terhadap internet begitu luas sementara mereka mendapat informasi keagamaan sangat rendah, cuma 3,5 persen," kata Ustadz Wahfiudin saat menyampaikan tausyiah pada pelantikan dan pengukuhan Pengurus Jatman (Jam'iyah ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah) DKI Jakarta 2017 - 2022, Ahad (19/3).

Ustaz Wahfiudin yang juga menjabat sebagai Direktur Jatman DKI menjelaskan, ada dua kemungkinan mengapa akses informasi keagamaan begitu rendah. Kemungkinan pertama, kata Wahfiuddin, karena memang banyak orang yang tidak tertarik mengakses informasi keagamaan. "(Masyarakat) lebih tertarik chatting, bicara tentang pilkada atau lain-lain atau lebih buruk lagi mungkin pornografi," katanya.

Kemungkinan kedua, lanjutnya, karena di internet memang kurang tersedia materi pembelajaran agama. Karena mungkin para ustaz lebih bisa berdakwah secara verbal. Dibandingkan dakwah dengan tulisan, animasi atau film yang bisa diunggah ke internet.

 

Atas kondisi  itulah, katanya, Jatman akan berkerja sama dengan Pusat Teknologi Pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ia berharap dari berbagai tarikat di Indonesia untuk mengirim anak muda mereka belajar pengemasan materi keagamaan di internet.

"Kami berharap dari tarikat-tarikat yang ada kirimlah anak-anak mudanya untuk kami latih dengan Pustekkom  agar mereka terampil memiliki kemampuan menyiapkan bahan-bahan pelajaran yang interaktif yang edukatif juga imajinatif melalui internet," kata Wahfiudin.

Soal ajaran tarikatnya, tambah Wahfiudin, terserah masing-masing tarikatnya. Tapi, lanjutnya, harus tetap menjaga perasaan kelompok atau pihak lainnya. "Tentu kita harus kembali ke tadi dengan menjaga perasaan banyak pihak karena kita plural, plural dalam suku bangsa, plural dalam agama, plural dalam aliran-aliran pemahaman agama bahkan tarikatnya plural juga. Nah ini bisa dituntut kearifan," katanya.

Wahfiudin mengatakan dakwah masif saat ini hanya dilakukan di televisi. Sementara itu dakwah ditelevisi tidak bisa serius dan sistematik. Karena dakwah ditelevisi menurutnya juga harus mengerjar rating. Untuk mempertahkan penonton dakwah hanya dipermukaan dan lucu.

"Saya pengalaman cukup lama berdakwah di televisi kita diatur pertama dalam dakwah tidak boleh serius tidak boleh dalam. Terlalu serius terlalu dalam pemirsa akan tekan remotenya dia akan pindah chanel. dakwah tidak boleh serius dalam tidak boleh terlalau sistematik. Maka itu di dipermukaan saja. Karena dipermukaan saja dakwah harus lucu-lucu. Masalahnya tarikat itu sulit dilucu-lucuin karena merasuk ke dalam hati nurani mengajak orang melakukan perjalanan spritual," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement