Rabu 01 Mar 2017 20:00 WIB
Teladan Sahabat

Menjemput Syahid di Perang Yamamah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Al-Barra' adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang juga pahlawan perang.
Foto: Tadeusz Ajdukiewicz
Al-Barra' adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang juga pahlawan perang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Nabi Muhammad wafat, 'Abbad bin Bisyir tetap berjihad di jalan Allah. Seperti diketahui, pelbagai peristiwa dahsyat mengikuti setelah wafatnya Rasulullah.

Sosok-sosok nabi palsu dengan sombong menantang kepemimpinan Abu Bakar ash-Shidiq. Salah satunya adalah Musailamah al-Kaddzab dengan bala tentaranya.

Maka 'Abbad bin Bisyir melihat adanya bahaya besar yang mengancam Islam bila fitnah Musailamah tak segera dipadamkan. Ia pun ikut terjun dalam Perang Yamamah, yang terjadi antara kaum Muslim dan kaum murtad itu.

Diriwayatkan, satu hari jelang dimulainya Perang Yamamah, 'Abbad bin Bisyir ternyata mengalami sebuah mimpi dalam tidurnya. Di sana, ia melihat tabir disingkapkan kepadanya. 'Abbad bin Bisyir mentakwilkan mimpi itu, bahwa dalam peperangan ini ia akan menjumpai mati syahid.

Kepada salah seorang sahabatnya, Abu Sa'id al-Khudiri, 'Abbad bin Bisyir menceritakan mimpinya itu, yakni bahwa 'Abbad melihat langit terbuka kepadanya. Kemudian, tutur 'Abbad, di antara celah langit yang terbuka itu, ruhnya naik dan memasukinya. Lantas, langit menutup kembali.

Dari mimpinya itu, 'Abbad mentakwilkannya bahwa pada pertempuran yang akan terjadi beberapa saat lagi, ia akan mati syahid dan kembali ke keridhaan Allah.

Demi Allah, ujarku, itu adalah mimpi yang baik, kata Abu Sa'id.

Dalam Perang Yamamah itu, kaum Muslim sempat terdesak. Saat itulah, 'Abbad bin Bisyir naik ke atas bukit dan dengan lantang berseru kepada pasukan Muslim seluruhnya dan kaum Anshar khususnya.

Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian!

Demi mendengar seruan pembakar semangat itu, mental juang pasukan Muslim terdongkrak. Sekitar 400 orang dari golongan Anshar menyerbu barisan musuh.

Kaum murtad yang tadinya jumawa kini kebingungan dan lari ke belakang. Sampailah mereka di kebun bunga milik komandannya sendiri. Di sanalah puncak pertempuran terjadi.

Kebun ini digunakan Musailamah sebagai benteng pertahanan. Namun, pasukan Muslim yang sudah merangsek masuk tak terbendung. Kedua belah pihak saling berjibaku. Dalam pada itu, 'Abbad bin Bisyir tewas diserang musuh. Ia mati sebagai syahid dan pahlawan besar kaum Anshar.

Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang. Dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya! kata Abu Sa'id al-Khudiri saat melihat jasad sahabatnya itu.

Demikianlah semangat juang seorang 'Abbad bin Bisyir. Abu Sa'id menceritakan, saat turun untuk ikut menyerbu pasukan Musailamah yang sudah kalang-kabut, 'Abbad bin Bisyir mengaku mengingat ucapan Rasulullah  terhadap golongan Anshar.

Kalian adalah utama! Maka tak mungkin saya dikhianati oleh pihak kalian.

Ternyata, pidato Rasulullah  itu menjadi pemantik semangatnya, memenuhi rongga dada dan hatinya, seakan-akan Rasulullah  masih hidup dan bersama-sama di sisinya.

'Abbad bin Bisyir merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata. Atau, di atas bahu mereka (Anshar) sebelum golongan lainnya.

Maka ketika itu, naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru, Wahai golongan Anshar! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement