Senin 27 Feb 2017 08:39 WIB

Tanwir Muhammadiyah Berdampak pada Kemajuan Maluku

Tari Lensosawat untuk sambutan selamat datang ditampilkan pada pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center Ambon, Maluku, Jumat (23/2).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Tari Lensosawat untuk sambutan selamat datang ditampilkan pada pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center Ambon, Maluku, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Gubernur Maluku Said Assagaff menegaskan penyelenggaraan Tanwir Muhammadiyah Tingkat Nasional di Ambon pada 24-26 Februari 2017 akan memberikan dampak ganda dan strategis terhadap kemajuan Maluku.

"Maluku memperoleh dampak strategis, terutama untuk memperkokoh silaturahim dan ikatan keadaban sesama anak bangsa serta menegaskan kembali pentingnya merawat Bhineka Tunggal Ika untuk Indonesia tanpa diskriminasi, tanpa kekerasan, tanpa monopoli serta aman dan damai," kata Gubernur pada penutupan tanwir Muhammadiyah, di Ambon, Ahad (26/2).

Pelaksanaan tanwir juga membuat Presiden Joko Widodo untuk kedua kalinya dalam bulan Februari 2017 berkunjung ke Ambon setelah sebelumnya hadir pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2017 pada 9 Februari 2017, serta Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk kesekian kalinya mengunjungi Ambon sebagai kampung halamannya.

Wapres Jusuf Kalla telah diangkat sebagai warga kehormatan Kota Ambon dan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) sebagai orang Ambon. Wapres juga berandil sangat besar terhadap proses rekonsiliasi saat konflik Maluku, terutama dalam Perjanjian Malino II.

Sedangkan Presiden Joko Widodo dikukuhkan sebagai Upu Kaletia Kenalean Da Ntul Po Deyo Routnya Hnulho Maluku atau bapak pemimpin besar yang peduli terhadap kesejahteraan hidup masyarakat adat di Maluku, oleh Majelis Latupati Maluku, bersamaan dengan pembukaan sidang tanwir Muhammadiyah, Jumat (24/2).

Selain itu, pertemuan tersebut juga membuat daerah-daerah yang berciri kepulauan seperti Maluku mendapat dukungan penuh dari Muhammadiyah, serta dukungan sangat positif dari Presiden Joko Widodo melalui sejumlah program prioritas untuk mempercepat ketertinggalan pembangunan yang pembiayaannya akan dilakukan selama tiga tahun mendatang.

Menurut Gubernur, bagi orang Maluku fakta kebhinekaan merupakan bagian dari identitas kebudayaan mengingat perspektif sejarah masa lampau sebagai pulau rempah-rempah (the spices island), khususnya cengkeh, pala dan fully. "Sejak dahulu Maluku sudah menjadi tempat perjumpaan berbagai peradaban di dunia serta terbangun jalinan Nusantara, selain menjadi wilayah berbagai kepentingan dagang dan politik dunia terutama Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang, selain Arab, Cina dan India. Kondisi ini menjadikan Maluku sebagai masyarakat yang sangat multikultural," katanya.

Maluku memiliki kurang lebih 100 sub suku dan sub etnik, 117 bahasa dan dialek serta enam agama resmi dan agama-agama suku, serta terdapat fam atau marga dari negara luar, di samping puluhan bahkan ratusan warga lokal yang merupakan akulturasi dengan budaya daerah lain.

Dia mencontohkan, dari Sulawesi Selatan menggunakan marga Bugis atau Makassar, Sulawesi Tenggara menggunakan inisial La atau Wa, Sumatra menggunakan marga Padang, Palembang. Sedangkan ari Arab ada yang pakai fam Assagaf, Al-Idrus, Basalamah, Attamimi dan Bahsoan, dari Belanda menggunakan marga Van Afflen, Van Room, De Kock, Ramschie, Payer, serta marga Da Costa, De Fretes, De Lima, Fareire dari Portugis dan marga Lie, Khouw dari Cina.

Akulturasi tersebut juga memunculkan berbagai khazanah seni budaya di Maluku yang merupakan perpaduan budaya lokal dengan Islam atau Arab, diantaranya Abda'u di Negeri Tulehu, Pukul Sapu di negeri Mamala-Morela dan Tarian Sawat serta perpaduan budaya lokal dengan barat seperti Tari Katreji, music hawaian, tarian Oralapei, Dansa Ola-Ola dan tarian Cakaiba.

"Walaupun berbeda tetapi katong (kami) tetap basudara (bersaudara). Walaupun berbeda beta (saya) tetap Maluku, merasa saling memiliki sebagaimana petuah luhur orang Maluku Ale Rasa Beta Rasa (sama-sama merasakan), potong di kuku rasa di daging, sagu salempeng dibagi dua, atau Ain ni Ain (satu untuk semua, semua untuk satu)," katanya.

Indahnya persaudaraan sejati di Maluku juga dapat terlihat melalui partisipasi seluruh umat beragama mendukung suksesnya penyelenggaran tanwir Muhammadiyah, tidak hanya sebagai panitia tetapi juga mengisi berbagai kegiatan yang berlangsung dua hari.

Said berharap, Muhammadiyah bersama Nahdlatul Ulama (NU) sebagai dua organisasi Islam moderat terbesar di Indonesia, lebih giat mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang berkemajuan, toleran, egaliter, inklusif, pluralis, dan kosmopolitan dalam rangka membangun Indonesia yang berkeadaban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement