Senin 20 Feb 2017 21:38 WIB

Teladan Abu Bakar Menjaga Risalah Rasulullah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
zakat
zakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 11 Hijriyah, Abu Bakar ash-Shidiq diamanati sebagai khalifah atau pemimpin politik pengganti Rasulullah SAW. Hal pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah mempersatukan umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad. Seperti dinarasikan Muhammad Husain Haekal dalam buku Abu Bakr as-Sidiq, tanda-tanda pembangkangan memang sudah muncul.

Surat-surat datang kepada Abu Bakar dari para perwakilan kuasa Rasulullah di berbagai daerah Semenanjung Arab. Kebanyakan mereka mengungkapkan tentang adanya permusuhan dari kelompok-kelompok pemberontak yang di lain pihak juga tetap mempertahankan keislamannya. Potensi kekacauan sudah di ambang mata.

Abu Bakar menyadari, protes para pemberontak berfokus pada kewajiban menunaikan zakat. Mayoritas kabilah pemberontak merasa, sesudah wafatnya Nabi Muhammad, maka mereka tidak melihat alasan lagi untuk membayar zakat dan mengirimkannya kepada pusat. Keengganan membayar zakat itu beragam alasannya, mulai dari tabiat kikir hingga kelihaian mereka dalam menimbun harta.

Pokok persoalannya, para pemberontak ini menganggap zakat identik dengan upeti yang mesti dibayarkan pemuka-pemuka daerah kepada pemerintahan pusat. Maka setelah Nabi Muhammad wafat, mereka merasa berlepas diri dari otoritas yang mewajibkan mereka menunaikan upeti.

Mereka menilai, sejak Nabi meninggal dunia, upeti tak berlaku lagi dan bisa dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpin. Mereka menegaskan, tidak akan tunduk kepada Abu Bakar. Di antara kabilah-kabilah yang membangkang itu, terdapat kabilah Abs dan Zubyan yang dekat dengan Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement