Selasa 21 Feb 2017 06:51 WIB

Pendidikan Anak pada Era Kekhalifahan

Rep: Heri Ruslan/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Cordoba, Spanyol.
Foto: en.wikipedia.org
Masjid Agung Cordoba, Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam pada era keemasannya yang berlangsung dari abad ke-8 hingga 13 M  telah melahirkan sederet ilmuwan, ulama, cendekiawan, serta pemimpin-pemimpin berkualitas dunia. Mereka tentu tak ujuk-ujuk menjadi tokoh besar di bidangnya, tetapi lahir dari sebuah sistem pendidikan yang juga berkualitas tinggi.

Para ilmuwan dan saintis pada era peradaban tak hanya menguasai iptek belaka, tetapi juga memiliki basis pendidikan agama Islam yang mumpuni. Demikian juga para ulama, tak hanya menguasai Alquran, hadis, fikih, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, tetapi juga menguasai sains.

Para khalifah dan pemimpin-pemimpin yang adil pada era kekhalifahan juga memiliki pengetahuan yang lengkap, baik agama maupun sains sehingga setiap khalifah mendukung dan menopang perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani bukan hanya seorang ulama besar, beliau juga menguasai 13 bidang ilmu sains mulai dari astronomi hingga kedokteran,” ujar Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani, cucu ke-25 dari ulama besar di abad ke-11 M itu.

Setelah berkelana selama 33 tahun ke-50 perpustakaan di 20 negara, Syekh Fadhil menemukan sekitar 100 manuskrip yang membuktikan bahwa kakeknya adalah seorang ilmuwan serbabisa. Selama ini, umat Islam mengenal sosok Syekh Abdul Qadir hanya sebagai ulama saja.

Ibnu Sina (980-1037 M),Bapak Pengobatan Modern yang oleh sejarawan George Sarton ditabalkan sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam juga seorang ilmuwan multidisipliner. Filsafat, kedokteran, ilmu agama, ilmu pendidikan dikuasainya. Dalam Al-Qanun fi At Tibb, ia memadukan antara pengobatan dan nilai-nilai keislaman.

Salah satu kunci keberhasilan para ulama, ilmuwan, pemimpin, dan tokoh-tokoh pada era kekhalifahan adalah pendidikan usia dini yang mantap. Mereka adalah produk dari sistem pendidikan Islam terpadu,” ujar Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), Ustaz Sukro Muhab. Pada masa itu, pendidikan agama dan umum dipadukan.

Al-Khawarizmi (780-846 M) ahli matematika, Ibnu al-Haitham (965-1040 M) ahli astronomi dan matematika, Jabir ibnu Hayyan (721M – 815 M) peletak dasar ilmu kimia modern, Al-Razi (865-925 M) ahli pengobatan, serta sederet lainnya menguasai sains dan juga memiliki basis ilmu agama atau keislaman yang amat kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement