Sabtu 18 Feb 2017 16:10 WIB

Begini Alasan Dibatalkannya Perayaan Cap Go Meh di MAJT

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pelaksana Pengelola MAJT, Dr KH Noor Ahmad MA menyebutkan, ada beberapa alasan yang mendasari pembatalan pelaksanaan perayaan Cap Go Meh di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang. Yang pertama karena waktu yang dianggap tidak tepat.

Kedua karena aspirasi umat Islam meninginkan agenda budaya ini jangan dulu dilaksanakan. “Yang ketiga, tentunya memang ada semacam pengertian bersama, apakah bagian dari budaya masyarakat Tionghoa tersebut bisa dilaksanakan di lingkungan umat muslim,” jelasnya.

Sebab, lanjut Rektor Universitas Wahid hasyim (Unwahas) Semarang ini, sebenarnya akan dilaksanakan di lingkungan MAJT dan bukan di masjidnya.

Dalam pengelolaan, masih kata Noor Achmad, lingkungan MAJT dipilah menjadi dua kawasan. Yakni kawasan bangunan masjid serta kawasan bisnis yang berada di kompleks MAJT. Kawasan bisnis ini sendiri juga disewa oleh masyarakat non-Muslim.

Namun demikian izin telah dicabut dan penyelengaraannya dipindahkan ke halaman Balai Kota. Meski demikian mereka ingin, supaya yang hadir bukan bukan orang Tionghoa saja tapi juga orang Isalm.

Karena hubungan masyarakat Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh tidak memandang suku, ras dan agama. Jadi ini bukan acara keagamaan, tetapi acara budaya. Teman- teman yang di Persatuan Islam Tiongoa Indonesia Piti (PITI) juga ada di sana (red; dalam kepanitiaan).

Sekali lagi, lanjut Noor Achmad, pertimbangan awalnya mengapa sempat akan diselenggarakan di lingkungan MAJT karena ini merupakan acara budaya.

“Selain itu, memang ada harapan dari teman- teman PITI, setelah mendengarkan tauziah dari KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Habib Luthfi bin Yahya ada yang tertarik untuk masuk Islam,” tambahnya.

Seperti diketahui, perayaan Cap Go Meh di Semarang ini sebelumnya bakal digelar di lingkungan MAJT. Bersamaan dengan kegiatan ini juga akan digelar dialog budaya yang menghadirkan sejumlah tokoh.

Antara lain KHA Mustofa Bisri, Habib Luthfi bin Yahya, Bhante Dhammasubho Mahathera, dan Romo Aloysius Budi Purnomo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement