Selasa 07 Feb 2017 17:53 WIB

Konsolidasi, Kiai NU Gelar Pertemuan di Banten

Kiai dan santri Ponpes Bahrul Ulum berdoa usai sujud syukur di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Kamis (22/10)
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Kiai dan santri Ponpes Bahrul Ulum berdoa usai sujud syukur di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Kamis (22/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejumlah kiai Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ulama pondok pesantren, serta Pengurus Cabang NU se-Banten akan menggelar pertemuan (halaqah). 

Sejumlah agenda penting akan dibahas dalam kegiatan yang berlangsung besok, Rabu (8/2) di Pondok Pesantren Annawawi, Tanara, Kabupaten Serang, Banten itu.  

Koordinator Pelaksana Halaqah, Uday Mashudi Abdurrahman, mengatakan kegiatan tersebut merupakan rangkaian silaturahim Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin dan Wakil Rais Aam KH Miftahul Akhyar untuk memperkuat hubungan antara PBNU, ulama kultural, para kiai pengasuh pondok pesantren, dan para pengurus NU di daerah. 

Rais Aam PBNU, kata Uday, kembali akan memberikan wejangan terkait situasi dan kondisi nasional terkini. Terlebih beberapa waktu lalu, eskalasi politik nasional, kian memanas. 

Selain gambaran situasi nasional, lanjut dia, Wakil Rais Aam akan memberi arahan tentang peran penguatan ulama yang ada di struktur NU di daerah, termasuk konsolidasi para kiai pengasuh pondok pesantren. 

Dengan halaqah ini, kata dia, diharapkan antara pengurus NU dan para kiai cultural menemukan formulasi baru komunikasi dan konsolidasi. 

“Biar bagaimanapun, pesantren adalah kekuatan NU,” tuturnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Selasa (7/2).Selain itu, melalui halaqah ini akan muncul titik temu dari perbedaan yang ada.   

Dengan demikian, tutur dia, permusuhan, pertentangan, dan perpecahan bisa dihindari. Berungkali Rais Aam PBNU menyampaikan bahwasanya pengurus NU adalah supir NU, sedangkan pemiliknya adalah para ulama. 

Oleh karena itu, para ulama dan juga pengasuh pondok pesantren menurut Rais Aam diharapkan selalu memberikan arahan agar para pengurus NU tetap berjalan pada jalur khittah, yakni penegasan kembali tentang tanggungjawab keagamaan dan tanggungjawab kebangsaan.

“Jadi hal-hal krusial dan mendesak segera ditangani oleh para ulama dan pengasuh pondok pesantren melalui permusyawaratan ulama,” kata dia.

Halaqah serupa sukses digelar sebelumnya di Jawa Timur berlokasi di Aula Gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, pada Rabu (7/12) lalu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement