Jumat 03 Feb 2017 16:00 WIB

Mengenali Sifat Munafik

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Munafik/ilustrasi
Foto: top-10-list.org
Munafik/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Salah satu ciri orang munafik adalah malas saat melakukan shalat berjamaah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mengisahkan, dua shalat yang paling berat bagi munafik adalah shalat Subuh dan shalat Isya.

Padahal, kata Rasulullah, jika mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya meski merangkak. Di dalam QS al-Maun, Allah SWT pun mengecam orang-orang yang melalaikan shalatnya. Allah pun tak segan-segan mencelakai orang yang lalai dalam shalatnya.

Bukan hanya melalaikan shalat, orang munafik pun memiliki empat ciri yang disebutkan salah satu hadis nabi. Dalam satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, ''Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat.'' (HR Bukhari).

Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji. Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.

Banyak calon pemimpin di negeri ini yang  mengungkapkan seribu satu janji kampanye demi mendulang suara. Tak jarang, kontrak politik pun ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api.

Amanah suara rakyat pun dikhianati. Janji sudah diingkari. Kisah pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku Islam, tetapi kerap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap kaum Muslimin.

Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menyebarkan kabar kebohongan seolah sudah menjadi tren di negeri ini. Banyak sekali berita hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si empunya peristiwa. Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfirmasi berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari orang fasik.

"Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, tabayunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian." (al-Hujurat :6).

Ingkar janji juga digolongkan dalam munafik. Orang-orang beriman pun harus berhati-hati dalam menepati janji. Karena itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan agar mengucapkan insya Allah jika hendak berjanji atau memberi harapan.

Rasulullah SAW bersabda, ''Berkata Sulaiman bin Daud as: Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan kelak akan melahirkan seorang anak yang kelak akan berperang di jalan Allah.'' Sulaiman ditegur oleh malaikat, ''Katakanlah Insya Allah.'' Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorang pun di antara wanita-wanita itu yang melahirkan anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia. Demi Allah yang nyawaku ada di tangan-Nya, seandainya Sulaiman mengucapkan kata insya Allah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai hajatnya. (HR Bukhari dan Muslim).

Terakhir, yakni berlebihan saat berbeda pendapat atau berselisih. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Perdebatan tanpa ilmu alias debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya kerap kita saksikan di televisi dan kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah sudah memberikan jaminan rumah di pinggiran surga kepada orang yang mampu meninggalkan debat meski dia orang yang benar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement