Rabu 01 Feb 2017 09:11 WIB

PCI NU Belanda Sesalkan Aksi Intoleran

Kaum Nahdliyin yang tergabung dalam PCI NU (Ilustrasi)
Foto: pcinu.wordpress
Kaum Nahdliyin yang tergabung dalam PCI NU (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- PCI NU Belanda menyesalkan aksi intoleran dan kekerasan yang bermotif sentimen primordialisme di berbagai belahan dunia. Ideologi populisme berbasis sentimen primordial kian menguat di berbagai penjuru dunia, termasuk di negara-negara dengan tradisi demokrasi dan hak-hak sipil yang kuat.

Hal itu terungkap dalam acara tasyakuran peringatan Harlah Nahdlatul Ulama ke-91 sebagai refleksi yang diadakan Pengurus Cabang Istimewa NU (PCI NU) Belanda, Selasa. Acara berlangsung di kediaman KH Ade Syihabuddin, Syuriah PCI NU Belanda di Den Haag, Belanda dihadiri jajaran PCI NU Belanda, warga Nahdliyin maupun para pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi lanjut di Belanda.

Katib Syuriyah PCI NU Belanda M Shohibuddin mengatakan, PCI NU Belanda menyesalkan aksi intoleran dan kekerasan yang bermotif sentimen primordialisme di berbagai belahan dunia. PCI NU Belanda menyikapi serius kejadian semacam ini. "Untuk itu, PCI UN Belanda akanmempromosikan Islam Nusantara sebagai Islam yang moderat di Indonesia," ujarnya.

Pada saat yang sama, PCI NU Belanda menyadari gejala yang sama sekarang juga merebak di Tanah Air. "Hal ini tentu harus menjadi bahan refleksi dan pemikiran-ulang bagi umat Islam di Indonesia, khususnya kalangan Nahdliyyin," kata Kiai Ade.

Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda Fachrizal Afandi menyatakan, tugas PCI NU sebagai duta NU di luar negeri semakin berat dan menantang. Untuk itu, pelaksanaan Konferensi Cabang (Konfercab) PCI NU Belanda yang kedua pada Maret 2017 mendatang akan dijadikan momentum untuk mempromosikan Islam Nusantara ke publik Barat.

"Islam Nusantara harus dipromosikan sebagai sumbangan Muslim Indonesia kepada tatanan dunia yang lebih damai dan harmonis. Islam Nusantara harus menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia dalam rangka menghilangkan Islamphobia di Dunia Barat," kata kandidat Doktor di Leiden University .

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement