Ahad 22 Jan 2017 20:00 WIB

Jaga Kelestarian Air untuk Kehidupan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Warga mengangkat jerigen berisi air bersih yang berasal dari air pegunungan di Kelurahan Lapulu, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/12). Warga Kelurahan Lapulu mengandalkan air pegunungan yang dekat dengan permukiman warga sebagai sumber kebutuhan air be
Foto: Antara/Jojon
Warga mengangkat jerigen berisi air bersih yang berasal dari air pegunungan di Kelurahan Lapulu, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (21/12). Warga Kelurahan Lapulu mengandalkan air pegunungan yang dekat dengan permukiman warga sebagai sumber kebutuhan air be

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Air adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup di Bumi. Ketiadaan air bisa mengancam kelangsungan hidup dan ekosistem alam. Bagi manusia, selain sebagai konsumsi sehari-hari, benda cair itu juga bermanfaat untuk mandi dan mencuci.

Air juga menopang pembangunan infrastruktur, seperti rumah, masjid, perkantoran, dan lainnya. Ini merupakan makna bahwa segala apa yang ada di Bumi memang diperuntukkan bagi kepentingan manusia (QS Luqman [31]:20).

Kebutuhan air bersih dan terlindungi sehingga aman untuk minum di Indonesia masih belum maksimal. Sebuah data menyebut, capaian proporsi akses penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) secara nasional sampai dengan 2011 masih sebesar 55,04 persen. Persentase ini masih belum optimal. Padahal, target MDGs untuk akses itu pada 2015  sebesar 68,87 persen.   

Di sisi lain, muncul paradoks. Air bersih justru dieksploitasi secara berlebihan. Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam makalahnya berjudul “Al-Biah fil Islam” mengatakan, pentingnya menjaga air sebagai sumber kehidupan telah ditegaskan dalam Alquran Surah al-Anbiyaa' ayat 30. “Dan, dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.”

Karena itu, air adalah kekayaan paling berharga dan warisan penting bagi generasi mendatang. Allah SWT memberikan nikmat air itu secara gratis. Sayangnya, nikmat tersebut tidak dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik dan proporsional oleh manusia.

Sering kali pendayagunaan air, kata Sekjen Ulama Internasional ini, tidak optimal dan bahkan di banyak kesempatan cenderung eksploitatif. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus dicegah. Pasalnya, berbeda dengan kekayaan Bumi atau alam lainnya, air bersifat surut dan tidak bisa dibudidayakan.

Ia menegaskan, jika pemakaian yang tak tepat guna dan konsumsi berlebihan tetap terjadi maka tak mustahil krisis air pun akan terjadi. “Dan, Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS al-Mu'minuun [23]:18).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement