Senin 16 Jan 2017 18:25 WIB

Soal Dakwah, DDII Minta Umat Islam di Indonesia Kritis

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Muhammad Siddik

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Muhammad Siddiq, mengajak umat untuk bisa bersifat kritis. Ia merasa, kekritisan itu bertujuan menangkis berbagai cobaan yang senantiasa menghadang dakwah Islam di Indonesia. "Kita harus kritis, kita renungkan semua aspek," kata Siddiq, Senin (16/1).

Siddiq mengatakan, sikap kritis itu dikarenakan umat Islam kerap 'dininabobokan' dengan fakta sebagai populasi Muslim terbesar di dunia. Dia merasa, kondisi itu sering membuat umat Islam di Indonesia merasa puas, sedangkan Undang-Undang sangat banyak direkayasa dan membuat umat sulit menyampaikan aspirasi.

Siddiq menilai, demokrasi yang ada saat ini sudah bukan lagi demokrasi yang murni, mengingat uang yang berkuasa menentukan arah angin demokrasi. Lewat kekuatan uang, kata dia, demokrasi dibuat menjurus kepada tirani sekelompok orang, sehingga orang-orang itu bisa berbuat seenaknya di Indonesia.

Terlebih, lanjut Siddiq, umat Islam senantiasa diberi tuduhan tidak demokrasi, atau lebih parah lagi dituduh merusak NKRI. Sedangkan, NKRI merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar, dan umat Islam sudah sangat berbesar hati untuk menerima sebagai bagian penting dari kehidupan.

"Umat Islam sering dituduh merusak Bhineka Tunggal Ika. Padahal, umat Islam yang sudah menerima Bhineka Tunggal Ika," ujar Siddiq.

Untuk itu, dia merasa sikap kritis sangat dibutuhkan untuk senantiasa dipegang dai-dai di Indonesia, terlebih usai aksi 212 yang belum lama ini dilakukan. Menurut Siddiq, 212 harus bisa dijadikan momentum tepat untuk meneguhkan prinsip dakwah, terutama sikap kritis di dalamnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement