Kamis 08 Dec 2016 07:00 WIB

Kelompok Agama Agar Punya Sensitivitas

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Agus Yulianto
Azyumardi Azra
Foto: Republika/Daan
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Kelompok agama diimbau untuk saling menenggang rasa dan juga saling menahan diri. Guru besar Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Prof Dr Azyumardi Azra, mengemukakan hal itu di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/12).

"Melaksanakan ajaran agama itu jangan terlalu menyala-nyala. Harus punya sensitivitas juga," kata Azyumardi. Hal itu dikemukakan Azyumardi di sela-sela acara Seminar Internasional tentang Islam, Demokrasi dan Tantangan Pluralisme dan Demokrasi.  

Azyumardi mengatakan, sikap beragama yang menyala-nyala, dapat memicu konflik dan bisa merugikan Indonesia. Pernyataan mantan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah itu, dikemukakannya menjawab pertanyaan wartawan terkait kegiatan ibadah jelang hari raya Natal di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/12). Kegiatan itu dipertanyakan sejumlah warga masyarakat, terkait perizinan kegiatan acaranya.

Azyumardi mengatakan, setiap orang boleh meyakini dan melaksanakan keyakinan agamanya. Hanya saja yang harus diingat, kata Azyumardi, bahwa tidak ada agama yang monolitik di dunia, apakah itu Islam dan juga Nasrani.

Di Indonesia, sebut Azyumardi, gereja juga banyak, sementara Pendeta Stephen Tong yang memimpin Ibadah bertajuk Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), bukan dari Persekutuan Gereja Indonesia atau PGI. Perbedaan itu hendaknya diperhatikan juga, agar tidak memicu masalah."Kalau kita tidak sensitif, sikap seperti itu dapat menyinggung pihak luar atau pun dalam kelompok agama itu sendiri," katanya.

Menurut Azyumardi, kasus yang terjadi di Gedung Sasana Budaya Ganesha Bandung sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Karena mata dunia internasional, akan mengamati Indonesia tekait masalah itu. "Kasus itu bisa membuat citra Indonesia buruk di mata internasional, karena kita tidak sensitif dan kurang punya tenggang rasa," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement