Rabu 30 Nov 2016 12:46 WIB

KH Hasyim Muzadi : Jangan Bawa Negara ke Kanan dan ke Kiri

KH Hasyim Muzadi saat berorasi dalam Nusantara Bersatu, Kupang, NTT, Rabu (30/11)
Foto: Dok Wantimpres
KH Hasyim Muzadi saat berorasi dalam Nusantara Bersatu, Kupang, NTT, Rabu (30/11)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG— Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS), KH A Hasyim Muzadi mengungkapkan dirinya telah berkali-kali mengingatkan agar tidak membawa negara condong ke ideologi kanan atau ideologi kiri. 

“Yang tengah-tengah itu adalah Pancasila,” katanya saat menyampaikan orasi kebangsaan dalam acara Nusantara Bersatu di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (30/11). “Pancasila adalah kompromi dalam hidup berbangsa dan bernegara,” imbuhnya. 

Menurut Hasyim, sejak kemerdekaan RI, barangsiapa yang membawa negara ke arah kiri akan menghadapi reaksi keras dari pihak yang berada di kubu kanan, begitu juga sebaliknya, mereka yang menarik negara ke sisi kanan akan mendapat perlawanan dari kubu kiri. 

“Inilah yang dijadikan pihak tak bertanggungjawab untuk membentur-benturkan kita,” tuturnya mengingatkan.   

 

Hari ini, ungkap Hasyim yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini, umat beragama di Indonesia terkesima dengan klaim mayoritas dan minoritas. 

Ingatlah, kata Hasyim, mayoritas di satu tempat bisa jadi minoritas di tempat lain. Begitu juga minoritas di satu daerah bisa pula akan menjadi mayoritas di wilayah lain. 

Ia pun meminta umat beragama tidak terjebak pada klaim tersebut. “Kesombongan mayoritas harus dihilangkan,” katanya. 

Bagaimanapun kebenaran adalah kebenaran, bukan ditentukan oleh jumlah. Bahkan, yang terpenting adalah keluhuran akhlak dan pekerti, serta kerja nyata keindonesiaan yang dapat menentukan mayoritas atau minoritas itu terhormat dan dihargai. 

Hasyim yang juga mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, mengingatkan perpecahan akan menghambat pembangunan dan hanya akan menguntungkan asing yang berkepentingan besar menguasi sumber daya alam dan kekayaan Indonesia.  

Jalan yang paling murah dan mudah membenturkan antareleman bangsa, menurut Hasyim, bukan ekonomi, tidak juga politik, tetapi adalah menciptakan konflik agama. 

Banyak agenda-agenda di luar agama seperti ekonomi, politik, sosial, yang dipoles sedemikian rupa seakan menjadi konflik agama. Energi bangsa pun terkuras dengan persoalan internal bangsa yang lantas dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggungjawab. “Kita dirampok kita dikasih mainan boneka,” katanya. 

Hasyim mengajak segenap unsur bangsa berbagi tugas dan senantiasi menjaga kewaspadaan. Letakkan agama sebagai potensi negara jangan dijadikan sebagai masalah. “Jangan jadikan agama alat kebencian di sana-sini.” 

Ia mengingatkan pula para pemuka agama dan pemimpin negeri ini saling menghormati agama lain agar tak terjebak dan terjerumus mencederai agama agama lain.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement