Sabtu 08 Oct 2016 03:07 WIB

Ruqayyah, Putri Rasulullah yang Dua Kali Hijrah

Rep: reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat, tepatnya pada Ramadhan 2 Hijriyah, kaum Muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar melawan kaum kafir Quraisy. Namun, saat kembali dari medan pertempuran menuju Madinah, kaum Muslimin mendapatkan kabar duka.

Adalah kabar kematian putri Rasulullah SAW, Ruqayyah binti Muhammad SAW, yang menjadi kedukaan di kalangan kaum Muslimin di antara perayaan kemenangan atas kaum kafir Quraisy di lembah Badar. Ruqayyah salah satu putri Nabi Muhammad SAW yang menjadi simbol dari ketegaran, kesetiaan, dan kejujuran.

 

Ruqayyah pun selalu mendukung dakwah sang ayah dan menjadi salah satu teladan bagi Muslimah dalam hal ketakwaan, ketaatan, dan kesetiaan dalam berdakwah. Ruqayyah pun tercatat sebagai wanita yang melakukan dua kali hijrah.

Ruqayyah adalah putri kedua Nabi Muhammad SAW dari Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwailid. Ruqayyah lahir saat Rasulullah SAW berusia 33 tahun, atau sekitar 20 tahun sebelum peristiwa hijrah.

Sebelum masa pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Ruqayyah sempat dinikahkan dengan anak dari Abu Lahab, yaitu Utbah bin Abu Lahab. Namun, begitu Rasulullah SAW mendapatkan perintah untuk menyebarkan agama Islam, kaum kafir Quraisy lalu mencoba menyakiti Rasulullah SAW. Cara ini termasuk dengan desakan para petinggi kaum kafir Quraisy, termasuk Abu Lahab, kepada anaknya untuk menceraikan putri Nabi Muhammad.

Ummu Jamil, Hammalat al-Hathab, adalah wanita yang berada di belakang perceraian itu. Cara tersebut menjadi salah satu cara yang ditempuh oleh istri dari Abu Lahab dalam mengganggu dakwah nabi. Bahkan, Allah SWT sempat mengeluarkan peringatan kepada Abu Lahab dan istrinya.

''Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut,'' (QS al-Lahab: 1-5).

Namun, kembalinya Ruqayyah ke keluarga Rasulullah SAW justru menyelamatkan Ruqayyah dari kejahatan Abu Lahab dan istrinya. Bahkan, Allah SWT telah memilihkan suami yang lebih terhormat untuk Ruqayyah. Dia adalah Utsman bin Affan, salah satu pemuda Quraisy dari keturunan yang paling terhormat dan menjadi salah satu dari delapan orang yang paling awal masuk Islam.

Saat siksaan dan caci maki yang dilakukan kaum kafir Quraisy semakin meningkat. Rasulullah SAW pun meminta kepada kaum Muslimin untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Akhirnya, Utsman bin Affan bersama Ruqayyah melakukan perjalanan ke Habasyah.

Pada saat itu, terdapat 11 wanita yang juga melakukan hijrah dan dipimpin oleh Utsman dan Ruqayyah. Beberapa waktu kemudian, Rasulullah SAW berusaha mencari kabar mengenai perjalanan hijrah pertama kaum muslim tersebut.

Dalam sebuah riwayat Anas bin Malik disebutkan, "Utsman bin Affan keluar besama istrinya, Ruqayyah, menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar dua kabar orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, 'Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya.' Rasulullah SAW berkata, 'Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?' Wanita itu kemudian menjawab, 'Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai, sementara dia memegang kendalinya.' Kemudian Rasulullah SAW bersabda,''Sesungguhnya Allah SWT menemani mereka. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya, sesudah Luth AS.''

Di negeri Habasyah, Utsman dan Ruqayyah mendapatkan perlindungan dari raja setempat dan terbebas dari siksaan kaum kafir Quraisy. Bahkan, di negeri itu Ruqayyah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Abdullah bin Utsman.

Kemudian, setelah mendapat kabar berkurangnya penyiksaan dari kaum kafir Quraisy di Makkah, keluarga kecil itu akhirnya kembali ke Makkah. Namun, sekembalinya dari Habasyah, Ruqayyah mendapati ibunya telah meninggal dunia. Kesedihan yang amat mendalam dirasakan oleh Ruqayyah.

Sang ayah, Rasulullah SAW, akhirnya bisa meredakan kesedihan yang dirasakan oleh Ruqayyah. Meski air mata dan kedukaan terus mengalir, tetapi begitu Ruqayyah mendapatkan pelukan hangat dari Rasulullah SAW, Ruqayyah pun kembali menjadi tenang dan sabar.

Kemudian, saat Rasulullah SAW memberikan izin kepada kaum muslimin untuk kembali melakukah hijrah, kali ini ke Madinah, Utsman bin Affan dan Ruqayyah bin Muhammad SAW menjadi kaum Muslimin pertama yang kembali melakukan hijrah. Mereka pun membawa serta putra mereka, Abdullah bin Utsman.

Di Madinah, keluarga kecil itu pun hidup bahagia bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Kendati begitu, kebahagiaan itu segera sirna. Sebab, Abdullah bin Utsman meninggal dunia karena demam pada usia enam tahun. Ruqayyah kembali mengalami kesedihan. Setelah ditinggal sang ibu, Ruqayyah kini harus menghadapi kenyataan ditinggal sang putra. Kesedihan yang begitu mendalam dirasakan oleh putri nabi tersebut.

Pahitnya duka kematian sang anak begitu menekan jiwa Ruqayyah dan menyebabkan Ruqayyah menderita demam yang sangat tinggi. Pada saat bersamaan, datang seruan dari Rasulullah SAW kepada kaum Muslimin untuk memerangi kaum kafir Qurasiy di Perang Badar. Orang yang pertama menjawab seruan tersebut adalah Utsman. Namun, Rasulullah SAW meminta Utsman untuk menjaga Madinah sekaligus mendampingi Ruqayyah yang sedang sakit.

Akhirnya, pekik kemenangan "Allahuakbar" memenuhi langit Madinah, pertanda kemenangan umat Islam atas kaum kafir Quraisy. Namun, di saat bersamaan, Ruqayyah juga mengembuskan napas terakhir dan berpulang ke Rahmatullah. Ruqayyah wafat pada usia 22 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Baqi' al-Gharqad, Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement