Jumat 30 Sep 2016 17:42 WIB

Di Mana Pemuda Muslim Calon Pemimpin Umat?

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Pemuda Muslim
Pemuda Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keutamaan pemuda sudah sangat jelas disebutkan dalam Alquran dan hadis. Surah al-Kahfi, bahkan didedikasikan khusus untuk menceritakan tentang tujuh pemuda Muslim yang mempertahankan keimanan setelah dikejar raja kafir. Mereka pun ditidurkan oleh Allah SWT di dalam sebuah gua selama tiga abad bersama anjingnya, Izmir.

Dalam surah al-Kahfi ayat 13 disebutkan, "Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." Di dalam sahih Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya." Karena itu, agama ini menyuruh setiap orang tua menyiapkan anaknya untuk menjadi generasi unggul yang bertakwa.

Sebagai contoh, untuk menunaikan shalat pun, orang tua harus menyiapkan langkah berjenjang. Sejak umur tujuh tahun, orang tua harus sudah memberitahu kepada anaknya mengenai kewajiban untuk shalat dan memberi sanksi jika melanggar.

Kisah penunjukan Usamah bin Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang juga menyiratkan bagaimana Rasulullah menyiapkan pemuda sebagai pemimpin. Di usianya yang masih kanak-kanak, ia pernah datang kepada Rasulullah SAW bersama anak-anak sebayanya. Ia ingin meminta izin untuk turut serta menjadi prajurit di Perang Uhud. Larangan Rasulullah karena usia Usamah yang masih kanak-kanak membuat dia menangis.

Namun, tak butuh waktu lama bagi Usamah untuk ikut berjihad. Saat berusia 15 tahun, Rasulullah mengizinkan Usamah untuk ikut Perang Khandaq. Apa yang membuat seorang Usamah yang masih sangat remaja termotivasi untuk ikut berjihad? Dr Amin bin Abdullah al-Syaqawi dalam makalah "Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah", Usamah disebut-sebut sebagai sosok remaja saleh. "Di antara contoh pemuda yang konsisten dengan ketaatan kepada Tuhannya adalah pemuda para sahabat. Seperti Usamah bin Zaid, yang pernah didaulat oleh Nabi SAW untuk menjadi pemimpin pasukan kaum Muslimin yang bergerak ke negeri Syam," tulis al-Syaqawi.

Ketika Rasulullah mengutus pasukan ke Syam, salah satu daerah di Palestina bernama Abna, ketika itu Usamah bin Zaid yang masih muda dipercaya sebagai panglima perang. Padahal, pasukan besar tersebut terdiri atas pejuang-pejuang senior dari kaum Muhajirin dan Anshar. Di antaranya Umar bin Khattab. Namun, Rasulullah tetap memutuskan pimpinan pasukan diserahkan kepada Usamah.

Beberapa sahabat sempat protes karena Usamah disebut masih amatir. Rasulullah SAW yang masih sakit ketika itu langsung naik ke mimbar dengan selimut dan serban untuk mengikat kepalanya yang sakit. "...Demi Allah, sungguh ia (Zaid bin Haritsah) layak sebagai pemimpin, dan sepeninggal bapaknya, putranya sangat layak sebagai pemimpin..." sabda Rasulullah.

Pemuda lain yang mampu menorehkan sejarahnya di usia belia adalah Sultan Muhammad al-Fatih. Delapan abad setelah nubuat Rasulullah tentang takluknya Romawi di bawah kekuasaan kaum Muslimin, sang sultan mewujudkannya. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu akhirnya benar-benar takluk di bawah pimpinan Sultan bernama asli Muhammad Tsani saat masih berusia 22 tahun.

Apa yang menyebabkan sang raja muda sedemikian kuat dan tangguh? Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dalam "Sulthan Muhammad al-Fatih" mengatakan, sang sultan tidak pernah melalaikan shalat wajib, tahajud, dan shalat sunah rawatib sejak baligh hingga ajal menjemputnya. Sementara itu, tentara yang ia bawa dalam kancah perperangan tersebut tidak satu pun yang meninggalkan shalat wajib. Separuh dari mereka bahkan dinyatakan tidak pernah meninggalkan shalat tahajud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement