Kamis 29 Sep 2016 21:49 WIB

Perjuangan Indira Sinanovic, Muslimah Bercadar di Panggung Politik Bosnia

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Muslimah Bosnia
Foto: AP
Muslimah Bosnia

REPUBLIKA.CO.ID, ZENICA -- Saat politisi Eropa banyak serukan larangan jilbab, Bosnia justru mulai memberdayakan Muslimah. Indira Sinanovic, tengah berusaha menjadi Muslimah bercadar pertama yang akan menempati jabatan publik.

Sinanovic (37 tahun) memikul tujuan jika terpilih sebagai Dewan Kota Zavidovici, itu merupakan amanah untuk melawan segala prasangka dan pengucilan sosial. Walau Bosnia tidak memiliki undang-undang yang melarang penggunaan cadar, larangan pejabat pengadilan mengenakan jilbab tetap membuatnya waspada.

"Ini adalah hak dasar setiap warga negara, (jika terpilih) saya akan mencoba mengalihkan perhatian kepada orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, menjadi suara mereka, dan mendorong proyek-proyek untuk meningkatkan status sosial mereka," kata Sinanovic, Kamis (29/9).

Bosnia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa, yang merupakan warisan sejarah selama berabad-abad dari Kekaisaran Ottoman. Sayangnya, prasangka terhadap penampilan orang-orang yang menampilkan keharusan berpakaian menurut agama, membuat Sinanovic ikut merasakan islamofobia.

Sinanovic yang memakai jubah hitam panjang dan menyembunyikan mata di balik kacamata, mengaku sering mendapat panggilan-panggilan yang melecehkan ketika di jalan. Mulai dari ninja, teroris, pergi ke Afganistan sampai pergi ke Suriah, tidak jarang harus ia rasakan saat melintasi jalan.

Islam secara tradisional di Bosnia terbilang sangat liberal dengan selimut multi-etnis, yang selama hampir 50 tahun menjadi bagian resmi dari atheis Yugoslavia. Tapi, semua bergeser sejak tiga tahun perang Bosnia antara Katoril Kroasia dan Kristen Ortodoks Serbia.

Kemiskinan masih tersebar luas selama 20 tahun setelah perang, dengan Bosnia yang masih terpecah antara Serbia, Kroasia dan Muslim Bosnia. Namun, sejumlah bantuan yang datang sedikit membantu dengan sejumlah pembangunan masjid tradisional.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement