Senin 19 Sep 2016 21:54 WIB

Akomodasi Produk Halal, Produsen Bumbu Asal Jepang Bangun Pabrik di Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Produk Halal
Foto: IRIB
Produk Halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen bumbu asal Jepang akan membuka pabrik di Indonesia dan Malaysia sebagai respon perkembangan tren dengan makin beragamnya preferensi rasa di pasar lokal.

Takasago International akan membangun pabrik pertamanya di Indonesia dengan biaya sekitar dua miliar yen di lahan seluas 16 ribu meter persegi di Bekasi Regency. Pabrik ini diharapkan siap 2018 mendatang. Demikian dilansir Nikkei Asia Review, akhir pekan lalu.

Kapasitas produksi pabrik diekspektasi bisa mencapai 3.000 ton di akhir 2019. Pabrik ini juga akan mengakomodasi produk halal dan produk akhir akan dipasok baik ke produsen makanan di pasar lokal maupun di Jepang. Makin banyak orang Indonesia yang membeli produk di pasar swalayan. Permintaan akan produk berasa pun makin kuat.

Sementara itu, produsen bumbu asal Jepang lainnya, T. Hasegawa juga menggelontorkan dana hingga empat juta yen untuk membangun sebuah pabrik di Malaysia di Enstek Industrial Park, Negeri Sembilan. Pabrik ini akan memproduksi bahan perasa untuk makanan ringan dan minuman. Namun, belum diketahui detil kapasitas produksi dan masa operasional pabrik ini.

Produksi Hasegawa di Malaysia sendiri sudah berlangsung di sebuah pabrik milik sebuah perusahaan lokal yang bekerja sama dengan Jepang sejak 2014, Peresscol. Malaysia merupakan rumah bagi produk halal di Asia Tenggara dan Peresscol memiliki kepakaran dalam produksi dan pengendalian mutu produk yang sesuai standar hukum Islam.

Pabrik baru Hasegawa ini akan menjadi pabrik khusus produk halal yang sistemnya sudah diketahui baik oleh Peresscol. Pabrik ini juga akan jadi pusat ekspor produk Hasegawa ke negara lain di kawasan.

Bumbu dan perasa banyak digunakan untuk berbagi produk kudapan, minuman, dan makanan instan. Pangsa pasar perasa makanan dan minuman di Asia Tenggara mencapai 10 persen pada 2015, tumbuh tujuh hingga delapan persen lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement