Rabu 31 Aug 2016 00:01 WIB

Masyarakat Dunia Bisa Belajar Islam di Indonesia, Ini Alasannya

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nur Aini
Warga mengunjungi pameran peradaban Islam Nusantara yang di selenggarakan di Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/7).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Warga mengunjungi pameran peradaban Islam Nusantara yang di selenggarakan di Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengatakan, sekarang sudah saatnya masyarakat dunia belajar islam kepada Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan bukan tanpa alasan. Menurutnya, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki pondasi sosial yang stabil dan kuat.

"Kita negara muslim terbesar yang mampu mengelola pluralitas dengan baik. Kita memiliki banyak perbedaan, tapi sikap toleransi kita mampu menyatukan semuanya melalui semboyan Bhineka Tinggal Ika," kata Pratikno saat memberikan materi kuliah umum untuk mahasiswa pascasarjana UGM di Graha Sabha Pramana, Selasa (30/8).

Hal itu dinilainya berbeda dengan negara berpenduduk muslim lain yang masih berkonflik dan berperangan, seperti di Timur Tengah. Maka itu, katanya, saat ini pemerintah tengah merancang pembentukan Universitas Islam International Indonesia (UIII). Pembangunan perguruan tinggi tersebut ditujukan untuk mewadahi warga dunia yang berminat mempelajari islam di Nusantara. "Sudah saatnya orang lain belajar Islam ke Indonesia. Karena kita punya pondasi yang baik. Kita mampu mempertahankan moralitas dalam pluralitas," katanya.

Ia menyampaikan, minat pelajar asing untuk mendalami budaya Islam Indonesia semakin besar. Hal ini terlihat dari bertambahnya mahasiswa asing yang belajar di perguruan tinggi negeri. Bahkan, katanya, beberapa ulama Afganistan sempat mengambil program kuliah di UGM untuk mempelajari Pancasila. Mantan Rektor UGM itu memprediksi, ke depannya jumlah pelajar asing di Indonesia akan semakin bertambah.

Mereka diprediksi akan datang berbondong-bondong untuk mempelajari budaya dan sosiopolitik Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Menurutnya, saat ini kemajuan Indonesia yang amat terlihat adalah di bidang sosiopolitik. Semua komponen bangsa dinilai berhasil mengelola perbedaan menjadi sebuah kesamaan tanpa perang dan konflik yang mendasar.

Menurut Pratikno, nilai nasionalisme tersebut tidak dimiliki oleh negara lain. Sehingga banyak negara yang mempelajarinya dari Indonesia. "Jangan berpikir Indonesia selalu terpuruk. Memang secara teknologi kita tertinggal, tapi dari sisi sosiopolitik kita stabil dan jadi acuan bagi bangsa lain," katanya.

Bahkan, Pratikno menuturkan, saat ini Eropa tengah belajar pada Indonesia mengenai cara mengelola pluralitas negara.  Sebab benua biru tersebut tengah mengalami gejolak nasional. Di mana kesepakatan mereka untuk saling terbuka menjadi Uni Eropa malah menimbulkan konflik berupa terorisme, imigran gelap, hingga masalah keuangan negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement