Ahad 24 Jul 2016 12:58 WIB

Remaja Muslim AS Adu Puisi untuk Menghapus Islamofobia

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Achmad Syalaby
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Sekumpulan remaja Muslim Amerika Serikat memanfaatkan tradisi adu puisi atau dikenal juga dengan slam poetry untuk mengubah budaya diskriminasi terhadap Muslim. Para remaja Muslim yang menamai diri mereka dengan sebutan Muslim Girls Making Change (MGMC) ini terdiri dari empat orang perempuan.

Mereka mengawali adu puisi dengan puisi berjudul Wake up Amerika yang mengambil latar peristiwa teror bom pada 11 September 2001 silam. Sejak kejadian itu,  fenomena Islamofobia mulai mencuat.

Dilnsir Huffington Post, Sabtu (23/7), tahun ini saja setudaknya ada sekitar 200 kejadian yang disebabkan karena Islamofobia di AS. Ditambah lagi jika kandidat calon presiden AS Donald Trump berhasil duduk dikursi kepresidenan, maka Muslim tidak akan mendapat izin memasuki AS.

"Saya kira Trump ingin sekali menakut-nakuti Muslim," kata Kiran Waqar, salah satu personil dari grup MGMC ini.

Waqar bersama tiga orang sahabat lainnya, Balkisa Abdikadir, Hawa Adam dan Lena Ginawi baru saja berpartisipasi dalam dalam ajang festival sajak remaja internasional Brave New Voices. Waqar dan ketiga temannya membentuk MGMC setelah bergabung dalam Proyek Penulis Muda, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Vermont, AS, yang membantu para seniman muda mengembangkan karya-karya mereka.

Bagi keempat gadis remaja ini, tradisi adu puisi merupakan salah satu cara untuk mendiskusikan isu-isu serta berbagai fenomena dalam kehidupan. Kebanyakan isu dan fenomena yang berkembang terpusat pada identitas Muslim AS.

Mereka berharap puisi yang mereka hadirkan dapat mengedukasi masyarakat tentang pengalaman Muslim AS. Serta, menghilangkan semua kesalahpahaman non Muslim tentang Islam.

"Kapanpun masyarakat mendengar kata terorisme, saya tidak ingin hal pertama yang terlintas dalam benak masyarakat adalah Islam. Karena, bagi saya, Islam adalah agama yang damai. Apapun yang dilakukan oleh para twroris tidak ada hubungannya dengan Islam," kata Ginawi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement