Sabtu 28 May 2016 14:25 WIB

Parmusi Berangkatkan 60 Ustaz ke Perbatasan

Ketua Umum Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (PP PARMUSI), Usamah Hisyam saat melakukan pernyataan sikap terhadap aksi kampanye LGBT di Jakarta, Jumat (19/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Umum Pengurus Pusat Persaudaraan Muslimin Indonesia (PP PARMUSI), Usamah Hisyam saat melakukan pernyataan sikap terhadap aksi kampanye LGBT di Jakarta, Jumat (19/2). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Organisasi Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) memberangkatkan 60 dai (ustaz) untuk berdakwah mengisi kebutuhan dai selama Ramadan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Timur.

"Tahun ini Parmusi prioritaskan menurunkan dai di wilayah perbatasan yakni di Nusa Tenggara Timur (NTT), ada dua kabupaten yakni Timor Tengah Selatan dan Atambua yang menjadi wilayah perbatasan dengan Timor Timur," kata Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam saat membuka Workshop Da'wah yang diselenggarakan DPP Parmusi di Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Usamah mengatakan, pelatihan dan penyebaran dai untuk wilayah perbatasan dan pulau terluar Indonesia menjadi program Parmusi dalam penyebaran dakwah. Program ini juga bentuk kepedulian terhadap kondisi dakwah di daerah perbatasan dan pulau terluar yang sulit mendapatkan ustaz maupun dai pada bulan Ramadhan.

"Program ini sangat baik, tetapi perlu ditingkatkan dengan melakukan revolusi dakwah agar menjadi lebih masif dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung gerak dakwah para dai Parmusi," katanya.

Ia menjelaskan, dalam rangka membentengi umat dan memperkuat akidah. Dai Parmusi yang bertugas akan memberikan pengajaran tentang penguatan akidah dan pemahaman Islam.

Baca juga, MUI: Tak Ada Tradisi Balimau Menyambut Ramadhan.

Ia mengatakan, berbagai fenomena yang muncul di masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Mulai dari pemerkosaan dan kekerasan seksual di kalangan pelajar, ayah memperkosa anaknya, ibu mencabuli putranya sendiri, pembunuhan anak kandung, praktik aborsi, merebaknya lokasi prostitusi baru di sejumlah daerah, gerakan propaganda LGBT hingga darurat narkoba.

"Fenomena ini telah merusak sendi-sendi kehidupan kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, moral bangsa kita sedang sakit," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement