Ahad 08 May 2016 12:52 WIB
Mengenang Bung Tomo Saat Wukuf di Arafah

Lima Tahun Silam, Sebelum Rumah Radio Bung Tomo Dibongkar

Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan Hari Pahlawan pada 10 November.
Foto: Antara
Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan Hari Pahlawan pada 10 November.

Apakah ada perlakuan khusus bagi jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi? Jawabnya, tidak ada sama sekali. Ya, semua jamaah haji yag wafat  itu pasti langsung dimakamkan di sana setelah sebelumnya dishalatkan di Masjidil Haram setiap kali usai shalat fardhu berjamaah.

Tapi dari semua itu, tentu saja ada pengecualian! Dan, ternyata hanya ada satu orang warga negara Indonesia yang jenazahnya bisa dibawa pulang ke Tanah Air, meski sebelumnya telah dimakamkan sekitar tujuh bulan di sana.

Lalu siapa orang itu? Jawabnya dia  adalah penggerak perlawanan rakyat Surabaya ketika melawan penjajah Belanda yang saat itu membonceng bala tentara Inggris pada masa awal perang kemerdekaan: yakni Bung Tomo.

Nama tokoh satu ini selalu disebut ketika peringatan hari pahlawan. Pidatonya yang menggelegar dengan berulang kali memekikkan takbir, kini sudah diunggah ratusan ribu kali melalui Youtube.

Di akhir pidato yang lantang bergelora, Bung Tomo melalui corong RRI Surabaya menjelang 10 November 1945 menegaskan: ...Dengarlah ini jawaban kita rakyat Surabaya .... Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang dapat membahasi kain putih: merah dan putih, maka selama itu tidak kita tidak akan menyerah kepada siapa pun. Merdeka atau mati. Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar..!

Nah, ketika lagi mengenangkan sosok Bung Tomo karena dulu di tahun 80-an sempat membaca kisahnya di majalah 'Panji Masyarakat', tiba-tiba melintas di dekat kami sesosok pria mungii berkulit kuning langsat, Bambang Sulistomo.

Dia adalah mantan aktivis gerakan mahasiswa. Sewaktu zaman Malari tahun 1974, dia dimasukkan ke dalam bui oleh rezim Soeharto bersama para mahasiswa yang saat itu menentang masuknya modal asing asal Jepang. Yang cukup istimewa, Mas Tom (panggilan akrab Bambang Sulistomo) adalah putra Bung Tomo yang legendaris itu. Jabatan terakhir Mas Tom sempat menjadi anggota KPU Pusat dan staaf ahli di Kementerian Kesehatan RI.

''Bapak mungkin satu-satunya jamaah haji yang wafat, yang jasadnya bisa pulang ke Tanah Air. Makam aslinya ada di belakang rumah sakit di dekat Arafah. Setelah pulang, Bapak dimakamkan kembali di sebuah pemakaman umum di Surabaya. Bapak meninggal pada 7 Oktober 1981 di usia 61 tahun'' kata Bambang.

Saat itu kabar tentang kencangnya tarik ulur usaha pemulangan jenazah Bung Tomo sangat seru di media massa. Majalah Panji Masyarakat dan Harian Pelita selalu memberitakan setiap kali terbit. Kenangaan masa kanak dan kisah yang kerap diceriitakan ayah saya, saat wukuf di Padang Arafah kini membentang kembali. Kami berdua duduk berbincang soal kisah itu di depan tenda, di bawah pohon menjelang sore, saat waktu wukuf segera usai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement