Selasa 19 Apr 2016 18:54 WIB

Penyalahgunaan Kata Jihad Lukai Muslim AS

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Achmad Syalaby
 Warga muslim Amerika Serikat di kawasan Brooklyn, New York.
Foto: AP/Mark Lennihan
Warga muslim Amerika Serikat di kawasan Brooklyn, New York.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi mayoritas Muslim dunia yang berjumlah 1,6 juta jiwa, jihad merupakan sebuah kata yang memiliki arti secara harfiah yakni berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad adalah konsep dalam Islam untuk taat kepada Allah SWT, berbuat baik kepada diri sendiri dan orang lain. 

Jihad juga bisa diartikan sebagai perjuangan untuk mencari keadilan bagi semua orang. Namun, kata jihad ini sering disalahgunakan dan disalahartikan baik oleh Muslim garis keras maupun mereka yang sangat benci terhadap Muslim.

Isu seputar jihad ini sudah bukan menjadi perbincangan baru lagi. Faktanya, inilah yang dilakukan oleh aktivis dan organisasi Muslim sejak serangan 11 September 2001 lalu. Ada banyak iklan di bus, video, blog dan media sosial yang mengampanyekan pentingnya memberikan edukasi kepada publik tentang makna sesungguhnya dari kata jihad.

Rowaida Abdelaziz, seorang editor sosial media di The Huffington Post, mengaku saat duduk dibangku sekolah dulu jarang berdiskusi secara mendalam tentang kata jihad meskipun ia bersekolah di sekolah Islam. Abdelaziz mengatakan sekolahnya dulu fokus mengajarkan tentang dasar-dasar Islam seperti shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan dan berempati kepada mereka yang kurang beruntung.

"Saya justru mendengar kata jihad dari televisi dan seringkali dihubungkan dengan kekerasan," ujar Abdelaziz dilansir The Huffington Post. "Kata jihad sudah dipolitisasi dan tidak lagi memiliki makna yang sesungguhnya," tambah Abdelaziz.

Ketika siapa saja mendengar atau melihat kata jihad mereka akan merasa ketakutan. Politisasi ini berdampak kepada komunitas Muslim Amerika termasuk dirinya. Dampak yang sering terjadi adalah kekerasan dan tindakan agresif terhadap Muslim yang terus terjadi hampir diseluruh Amerika Serikat.

"Saat ini terjadi, Muslim akan diasingkan dan mereka akan merasa bukan bagian dari Amerika. Lalu, mereka mulai mempertanyakan kehidupan mereka dan sebagian mereka hanya ingin bersembunyi karena takut diketahui bahwa mereka adalah Muslim," kata Abdelaziz.

Menurut Abdelaziz, ada lebih banyak efek negatif yang akan terjadi ketika Muslim dipolitisasi. Terlebih, apabila Muslim dianggap berbeda dari manusia pada umumnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement