Selasa 01 Mar 2016 20:55 WIB

Ulama dan Cendikiawan Rembug Soal Radikaliame Atas Nama Agama

Rep: c39/ Red: Damanhuri Zuhri
Pengetahuan agama Islam yang benar dapat menangkal tumbuhnya bibit radikalisme.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat/ca
Pengetahuan agama Islam yang benar dapat menangkal tumbuhnya bibit radikalisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Radikalisme dan terorisme atas nama agama terus menjadi topik yang menarik diperbincangkan beragai pihak. Hal ini karena gerakan terorisme sudah berani beraksi secara terang-terangan di Indonesia, seperti tragedi Bom di Sarinah.

Melihat hal itu, Program Kajian Timur Tengah dan Islam (PSKTTI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) di Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat, Senin (29/2).

Dalam acara tersebut hadir para Ulama dan Cendikiawan untuk berembug mencari penyelesaian radikalisme dan terorisme atas nama Agama tersebut.

Tampak hadir Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof Irvan Idris, perwakilan dari PSKTTI Muhammad Lutfi Zuhdi , Wasekjen MUI, KH Tengku Zulkarnaen, perwakilan LIPI Prof. Endang Turmudzi, Dosen UI Yon Mahmudi, serta Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis.

Dalam pembukaan diskusi tersebut, Cholil Nafis mengatakan radikalisme dan terorisme atas nama agama adalah fenomena yang tidak dapat dipungkiri apapun penyebabnya.

Menurutnya, sisi yang harus menjadi perhatian saat ini adalah mengapa ada orang yang mau bergabung pada kelompok-kelompok radikal dan bahkan mau menjadi martir untuk melakukan terorisme.

"Karena itu penanganan terorisme dan radikalisme adalah wajib, karena pada hakekatnya justru akan menyelematkan mereka kepada jalan jihad yang benar," katanya kepada Republika.co.id.

Di tempat yang sama, Yon Mahmudi mengatakan baik ulama, intelektual dan pemerintah harus selalu aktif dalan menangani deradikalisasi. Dalam menangani radikalisme pemerintah saat ini, kata dia, dapat meniru Presiden Soekarno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement