Senin 08 Feb 2016 22:38 WIB

Pesan Kiai Azaim untuk Warga NU

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (tengah) bersama para tokoh NU menghadiri tasyakuran Hari lahir NU ke-88 di Gedung PBNU, Jakarta beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (tengah) bersama para tokoh NU menghadiri tasyakuran Hari lahir NU ke-88 di Gedung PBNU, Jakarta beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Ulama muda kharismatik asal Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, mengajak semua komponen Nahdlatul Ulama atau NU untuk mengingat pesan almarhum KHR As'ad Syamsul Arifin, yakni agar organisasi keagamaan itu "dijadikan istri".

"Saya teringat petuah mediator pendirian organisasi NU, KH As'ad Syamsul Arifin, yang dalam suatu kesempatan menyampaikan pesan dengan Bahasa Madura kental. Pesannya adalah, jadikan NU itu sebagai istri, bukan sebagai suami," katanya kepada Antara di sela-sela kegiatan keagamaan di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Minggu malam.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, itu, pesan Kiai As'ad memiliki makna filosofi yang berarti bahwa seseorang yang berjuang bersama NU harus bersikap dan memenuhi kewajibannya seperti suami terhadap istrinya.

"Bukan justru sebaliknya. Anggota atau pengurus NU menganggap NU sebagai suami alias memanfaatkan NU atau mencari nafkah di NU. Ini menjadi renungan bagi kita semua, warga nahdliyyin dan pengurusnya," katanya.

Hal itu disampaikan Kiai Azaim terkait usia NU yang memasuki 90 tahun pada 31 Januri 2016, dan untuk hitungan hijriyah akan memasuki ulang tahun pada 16 Rajab mendatang.

Menurut cucu dari Kiai As'ad ini, usia 90 tahun bagi organisasi NU, adalah masa dimana asin dan manisnya kehidupan sudah dilalui oleh NU. Sehingga tidak aneh jika NU telah menjadi rujukan banyak kalangan, termasuk akademisi, peneliti maupun sejarawan.

"Saya sebagai bagian dari NU kultural berdoa semoga warga NU dan para pengurusnya diberi keistikamahan untuk senantiasa mengawal NU sehingga tetap menjadi rujukan gerakan Islam yang moderat, adil, dan toleran," kata tokoh yang menyatakan "mufaraqah" alias "berpisah" dengan kepengurusan NU hasil muktamar Jombang ini.

NU, kata dia, menjadi penyeimbang keadaan dan paham, yakni antara sikap berlebihan atau ekstrim dengan sikap yang terlalu lepas atau liberal.

"Di sini lah kami bagian dari warga NU kultur yang sangat mencintai NU terus berjuang mengawal akidah ahlusunnah waljamaah. Semoga kita semua tetap diberi sikap istikamah dan terus dapat memberikan manfaat untuk semuanya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement