Senin 08 Feb 2016 17:13 WIB

Riset: Warga AS tak Kaitkan Ektremisme dengan Islam

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Radikalisme(ilustrasi)
Foto: punkway.net
Radikalisme(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah jajak pendapat terbaru mengungkap perbedaan yang cukup tajam antara massa Partai Demokrat dan Partai Republik, tentang bagaimana seharusnya presiden Amerika Serikat terpilih selanjutnya mendiskusikan ekstremisme yang dikaitkan dengan Islam.

Seperti dilansir Muslimvillagec.com, Ahad (8/2), Lembaga Riset Pew melaporkan sekitar 65 persen simpatisan Partai Republik atau mereka yang mendukung partai tersebut menginginkan pengganti Presiden Barack Obama bicara dengan tegas menyangkut ekstremisme, walau hal itu dapat menyinggung Islam keseluruhan. Sementara mereka yang mendukung Partai Demokrat, tujuh puluh persen di antaranya merasa presiden berikutnya harus bicara dengan hati-hati.

Secara keseluruhan, setengah dari masyarakat Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam jajak pendapat tersebut menginginkan presiden mereka selanjutnya tidak mengaitkan Islam secara keseluruhan ketika membahas ekstremisme yang berbau Islam.

Dalam hasil riset yang dilaksanakan Januari lalu, ditemukan pula hampir separuh partisipan percaya beberapa warga Muslim mengusung sikap anti-Amerika, termasuk pula di dalamnya—sebelas persen—yakin mayoritas hingga nyaris semua Muslim Amerika anti pada Amerika.

Pada riset sebelumnya, diadakan Desember tahun lalu oleh lembaga yang sama, terungkap hampir separuh warga Amerika Serikat yang berpartisipasi berpikir Islam adalah agama yang mendukung kekerasan melebihi agama-agama lain, dan sejumlah partisipan dalam angka yang sama menyatakan mereka sangat khawatir dengan meningkatnya ekstremisme yang mengaitkan diri dengan Islam.

Akan tetapi riset terbaru membuktikan hampir dua per tiga dari masyarakat Amerika Serikat percaya masalah yang sebenarnya adalah Islam digunakan sebagai pembenaran oleh orang-orang kejam dan tak bertanggung jawab. Hal itu senada dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang mengunjungi masjid Rabu (3/2) lalu, dalam pidatonya ia mengakui pandangan terhadap Muslim saat ini terdistorsi oleh orang-orang ekstremis dan teroris.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement