Ia melanjutkan, masalah ideologi visioner Islam itu akan tenggelam berganti dengan kepentingan politik, hegemoni ekonomi, kepentingan-kepentingan kawasan dan sebagainya.
"Perang terbuka bisa terjadi di Indonesia seperti di Irak dan Syria pada waktunya kalau kita tidak waspada. Kerapuhan ketahanan Nasional kita baik internal maupun menghadapi serangan dari luar, pelaksanaan HAM yang melebihi ukuran, liberalisasi politik atau ekonomi serta budaya, kegaduhan sesama pembesar, tentu melengkapi kerawanan yang bisa terjadi," paparnya.
Mantan Ketua PBNU ini mengungkapkan, Indonesia harus memperkuat ideologi pancasila yang sekarang mulai remang-remang. Penegakan pancasila tidak cukup dengan imbauan. Namun harus dengan sistem kenegaraan yang menjamin tegaknya pancasila serta dukungan rakyat. Yaitu, melalui visi keagamaan yang sinergi dengan pancasila dan dianut mayoritas bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah.
Menurutnya, Ahlussunah waljamah yang selama ini dianut NU dan Muhammadiyah serta lainnya telah terbukti dapat mempersatukan Indonesia sepanjang sejarah. Untuk itu, NU/Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi atau digerogoti ideologi non ahlussuna wal jamaah.
Pasalnya, pasti memecahbelah dan pada gilirannya akan merusak NKRI. "Untuk pertikaian Saudi-Iran, yang bisa menyelesaikan adalah Amerika dan Rusia. Dalam konteks PBB tentu kita ikut mendorong, namun selebihnya kita perkuat indonesia," kata Hasyim.