Rabu 06 Jan 2016 12:43 WIB

Tauhid, Esensi Dalam Islam

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Damanhuri Zuhri
Tauhid adalah mengesakan Allah.
Foto: Wordpress.com
Tauhid adalah mengesakan Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tauhid (Keesan Tuhan) adalah dasar terbesar dari keyakinan Islam. Bahkan, seseorang akan dianggap Muslim apabila meyakini tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui Nabi Muhammad SAW adalah rasul utusan Allah SWT.

Allah SWT berfirman di dalam Alquran surat Albaqarah ayat 225 yang artinya, ''Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya...''

Dalam ayat 225 Surat Albaqarah yang juga disebut Ayat Kursi itu, Allah SWT menggambarkan sifat tauhid-Nya bahwa Dialah satu-satunya yang paling kuat. Tauhid adalah fondasi Islam yang menyatakan Allah SWT menciptakan dan mengatur alam semesta beserta seluruh isinya. 

 

 

Menurut Islam, semua ajaran yang diturunkan kepada para nabi memiliki esensi yang sama yaitu pengetahuan tentang tauhid dan keesaan Allah SWT. Namun, kebanyakan umat menyalahartikan ajaran tersebut. Bahkan, ajaran para nabi dicampuradukkan dengan hal-hal berbau takhayul.

Tauhid adalah pesan yang sama yang diterima Nabi Adam AS ketika turun ke bumi. Pesan itu juga diterima Nabi Nuh AS, Isa AS, Ibrahim AS hingga nabi terakhir Muhammad SAW.  

Islam menolak segala bentuk penggambaran Allah SWT dalam bentuk manusia yang diidolakan karena latar belakang kebangsaan, kekayaan, kekuasaan maupun ras. Orang yang tidak mampu memahami konsep ini sering menginterpretasikan Allah SWT dengan cara yang materialistis.

Ketika Nabi Muhammad SAW ditanyai umatnya tentang Allah SWT, maka Allah SWT menjawabnya dengan menurunkan surat Al-Ikhlas ayat 1-4: ''Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan; tidak pula ada seorang pun yang setara dengan-Nya.

Surat Al-Ikhlas ayat 1-4 menegaskan ketauhidan Allah SWT. Sebagai Pencipta, Allah SWT memiliki sifat yang berbeda dengan sesuatu yang diciptakannya.

Jika tidak, Pencipta hanya bersifat sementara dan tidak bisa berkuasa atas seluruh ciptaan-nya. Untuk itu, Allah SWT bersifat abadi dan tidak bergantung pada apa pun. Eksistensi Allah SWT tidak ada habisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement