Rabu 06 Jan 2016 00:22 WIB

PBNU: Penistaan Simbol Islam di Indonesia Sudah tak Wajar

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini menilai penistaan simbol-simbol agama Islam yang sudah terjadi berkali-kali di Indonesia sudah tidak wajar. 

Hal ini terkait dengan beberapa peristiwa penistaan simbol agama Islam di beberapa daerah. Diantaranya lafadz Allah di sandal yang ditemukan di Surabaya, plat cetakan Alquran untuk cetakan panggangan kue, celana ketat wanita berlafadzkan surah Al-Ikhlas. 

Dan yang terbaru kertas sampul Alquran yang digunakan untuk membuat terompet tahun baru dan sajadah/karpet shalat yang digunakan untuk menari di acara Hari Amal Bakti ke 70 Kementerian Agama DKI Jakarta.

"Kalau sekali mungkin itu kebetulan, dua kali bisa dikatakan itu kecerobohan, tapi kalau lebih dari tiga kali itu sudah tidak wajar. Bisa jadi ada desain besar pihak yang sengaja ingin mengutak-atik kerukunan umat Islam di Indonesia," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (5/1).

Karena itu mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal era Presiden Yudhoyono ini,  meminta aparat keamanan mengusut siapa otak dibalik penistaan simbol Islam ini. Jangan sampai insiden seperti ini dibiarkan saja, dan mungkin kembali terjadi tanpa ada hukuman jera bagi pelakunya. 

 

Baca juga: Gunakan Sajadah untuk Alas Menari, Komnas HAM Pertanyakan Alasan Kemenag

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement