Senin 14 Dec 2015 22:59 WIB

Profesor Jepang: Islam tak Mendukung Radikalisme untuk Mewujudkan Sesuatu

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Radikalisme(ilustrasi)
Foto: punkway.net
Radikalisme(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan Paris perlu disikapi sabar umat Islam. Namun, dunia juga harus menghargai dan mengerti posisi umat Islam.

Hal itu diungkap, Guru Besar Sosiologi-Antropologi Agama di Chuo University, Tokyo, Prof Hisanori Kato. Menurutnya, perisitiwa di Paris begitu meyedihkan.  "Saya selalu bicara dengan kolega saya di Barat, mereka harus memahami sikap, pemikiran dan ajaran agama Islam juga," kata dia belum lama ini.

Setiap budaya memiliki perspektif yang berbeda. Misalnya, di Prancis dan Amerika hak sangat penting. Misalnya, ada warga Barat mengatakan wajah seseorang jelek. Tapi bagi warga Jepang hal itu tidak sopan.

"Karena itu, mereka bisa saja menghina Nabi Muhammad," kata dia.

Prof Kato mengungkap, masalah hak tersebut melahirkan apa yang dilakukan majalan Prancis. Mereka berhak menggambar apa saja tapi tetap saja tidak boleh. " Saya mengerti mengapa Muslim marah. Itulah yang kita dari orang-orang non-Muslim harus pahami," kata dia.

"Nabi Muhammad tidak boleh dihina seperti ini. Yang penting adalah saling mengerti, saling menghargai," kata dia.

Ia mengatakan, mungkin ada banyak hal yang menyebabkan perbuatan radikal. Mungkin masalah ekonomi, masalah politik. "Tapi saya tidak percaya Islam mendukung radikalisme atau memakai kekerasan untuk mewujudkan sesuatu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement