Senin 30 Nov 2015 17:19 WIB

'Perkuat Karya Sastra Islami Butuh Regulasi'

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Afrizal Sinaro, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Afrizal Sinaro, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta, Afrizal Sinaro menilai keunggulan karya sastra Islami tidak dibarengi budaya baca masyarakat Indonesia. Dampaknya, animo masyarakat menjadi kurang.

"Oleh karena itu menurut saya perlu ada regulasi dari pemerintah melalui lembaga pendidikan baik sekolah atau pesantren untuk meningkatkan minat baca ini," ujar Afrizal Sinaro kepada Republika.co.id, Senin (30/11).

Pemerintah harus mewajibkan sekolah dan anak didiknya untuk membaca karya sastra Islami sesuai jenjang siswanya. Harapannya, minat baca terhadap karya sastra Islami meningkat. Di negara maju maupun  negara Islam lainnya regulasi seperti ini sudah ada.

(Baca: Karya Sastra Islam Bentuk Karakter Anak Bangsa)

"Karya satra yang baik akan sangat berpengaruh  terhadap karakter yang membacanya.  Apa yang dibaca oleh anak-anak akan sangat berpengaruh sekali terhadap masa depan mereka. Terutama sikap dan kepribadiannya," kata dia.

Menurutnya, dalam proses perkembangan karya satra Islami terdapat kendala dari sisi penulisnya. Penerbit mengalami kesulitan untuk mendapatkan penulis yang baik sekelas Kang Abik (Hbiburrahman el Shirazy, Asma Nadia, dan Tere Liye.

Ini dikarenakan tidak ada rancangan yang jelas dari pemerintah bagi calon penulis untuk membuatnya semangat  menulis.

"Karena kalau buku ditulis diterbitkan nggak laku kan kasian mereka. Padahal mereka menulis mengorbankan banyak hal. Nah kalau misalnya ada kebijakan dari pemerintah penulis muda akan berbondong-bondong unruk menerbitkan buku. Salah satunya kebijakan mewajibkan siswa membaca karya satra islami," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement