Ahad 29 Nov 2015 23:20 WIB

Menag Ingin Guru Besar Buat Islam Indonesia Mendunia

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Nasaruddin Umar, Wakil Wantim MUI Didin Hafidhuddin, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, dan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menghadiri pembukaan Rakernas MUI 2015 di Jakarta, Selasa (10/11) malam
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Nasaruddin Umar, Wakil Wantim MUI Didin Hafidhuddin, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, dan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menghadiri pembukaan Rakernas MUI 2015 di Jakarta, Selasa (10/11) malam

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta guru besar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) menjadi agen penyebar Islam Indonesia ke dunia internasional.

"Dalam konferensi ini, saya titip bagaimana karya para guru besar PTKI bisa lebih keluar. Nanti DIKTIS (Direktorat Perguruan Tinggi Islam) dan yang lain harus bisa membuat kanal atau media karya guru besar kita, sehingga bisa dibaca dunia luar," ujar Lukman dalam sambutannya membuka Konferensi Guru Besar PTKI di Jakarta, Ahad (29/11).

Menurutnya, dunia internasional masih menganut nilai-nilai islam dari Timur Tengah. Padahal, Menag menambahkan Indonesia mempunyai 415 guru besar yang karyanya patut disampaikan ke dunia internasional.

Tak ayal, Menag mencermati bahwa Islam Indonesia tidak begitu dikenal dunia luar karena kurangnya cara penyajian.

"Kita dinilai kurang mampu menyajikan Islam Indonesia seperti apa ke dunia luar, sehingga dunia luar kurang mengenal. Padahal Indonesia mempunyai term-term (istilah) keislaman yang menemukan konteksnya seperti Islam Nusantara dan Islam berkemajuan," jelas putra KH Saifuddin Zuhri ini.

Ia menceritakan pengalaman bertemu dengan pengamat islam internasional Martin van Bruinessen. Sang pengamat mengkritik keberadaan Islam Indonesia  yang bernilai sangat baik, namun tidak mampu mempengaruhi dunia Barat.

“Forum ini perlu merumuskan bagaimana menjawab kritik Martin van Bruinessen," tuturnya.

Lukman berpesan guru besar PTKI membuat cara penyajian Islam Indonesia ke dunia luar tidak dengan saling menghadap-hadapkan dengan negara lain. Semisal, ia mencontohkan perempuan di Indonesia boleh menyetir dibandingkan dengan Arab Saudi yang melarang perempuan menyetir mobil.

"Nanti kita jadi jumawa merasa paling benar, padahal aturan disana sebenarnya sama," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement