Ahad 29 Nov 2015 10:25 WIB

Umat Islam dan Bela Negara (2)

Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Didin Hafidhuddin

JAKARTA -- Dalam tataran ideal, program bela negara adalah baik dan positif. Ulama dan cendekiawan Muslim yang terhimpun di dalam wadah MUI mendukung program bela negara. Tapi bela negara yang dimaksud tidak cukup hanya sebatas pembekalan fisik kedisiplinan dan latihan dasar kemiliteran saja.

Yang lebih penting dan mendasar sebagai esensi program bela negara ialah membangun garis sikap, kebijakan dan etika para pemimpin, elite kekuasaan dan penyelenggara negara di semua tingkatannya agar lebih menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, partai, golongan atau kepentingan jangka pendek lainnya.

Bagi umat Islam Indonesia, bela negara telah dimanifestasikan secara nyata dalam sejarah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kalau kita beca sejarah, gerakan pra-nasionalisme dipelopori oleh umat Islam, seperti terlukis dalam perjuangan melawan penjajahan secara radikal yang dilakukan para pahlawan bangsa, seperti Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Abdul Hamid Diponegoro, Teuku Umar, Tjut Nyak Din, Sultan Hasanuddin, Sultan Agung, Sultan Baabullah, dan lain-lain.

Perjuangan melawan penjajah pada gelombang pertama dilanjutkan oleh gelombang kedua dengan lahirnya Sarekat Dagang Islam (1905), Muhammadiyah (1912), Sarikat Islam (1912), Nahdlatul Ulama (1926) dan masih banyak ormas lainnya, dengan ciri khas gerakan masing-masing.

Tokoh pelopor perjuangan, seperti Haji Oemar Tjokroaminoto, Haji Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy‘ari, Haji Agus Salim, KH Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusomo, dan lain-lain adalah sosok pembela negara dan patriot tanah air sejati yang tiada bandingnya hingga kini.

Kongres Umat Islam Indonesia yang pertama setelah kemerdekaan tanggal 7 – 8 November 2045 di Yogyakarta yang melahirkan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, tidak dapat dilepaskan dari perlawanan umat Islam terhadap penjajahan dan sekaligus mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Spirit dari terselenggaranya Kongres Umat Islam Indonesia adalah pentingnya menghimpun kekuatan politik umat Islam untuk melawan kolonialisme dan membela kemerdekaan nasional Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement