Selasa 13 Oct 2015 12:28 WIB

MUI: Indonesia Harus Tampil Sebagai Pembawa Perdamaian

Rep: c25/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi
Foto: foto : Wisnu Aji Prasetyo
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi umat Muslim global yang diselimuti perpecahan menjadi awan mendung jelang Tahun Baru Islam. Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia, dinilai harus bisa jadi pemersatu umat Muslim di seluruh dunia.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, KH. Muhyiddin Junaidi, mengatakan Indonesia memiliki cukup banyak modal penting untuk menjalankan politik tingkat tinggi, khususnya dengan budaya moderat yang selama ini ada.

Maka itu, ia tidak ragu mengungkapkan Tahun Baru Islam ini menjadi momentum Indonesia, untuk tampil sebagai pemersatu umat Muslim dunia. "Kita ada modal penting, saatnya tampil sebagai pemersatu dan pembawa perdamaian Muslim seluruh dunia." kata Kiai Muhyiddin kepada Republika, Selasa (13/10) siang.

Ia menerangkan negara-negara Islam besar yang selama ini jadi acuan umat Muslim dunia, seperti Arab Saudi, Iran dan Turki, sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk memberikan atau mendamaikan perselisihan antar umat Muslim antar negara.

 

Hal itu, kata kiai Muhyiddin, disebabkan negara-negara tersebut, memiliki kepentingan masing-masing yang dikedepankan dan tentu diperjuangkan.

Selain budaya Islam yang moderat, Kiai Muhyiddin menjelaskan Indonesia masih memiliki modal moral yang sangat baik, untuk menjadi sosok pendamai dari pihak-pihak yang bertikai, baik antar di negara atau di dalam satu negara.

Menurutnya, Indonesia masih bisa memegang komitmen untuk memberikan perdamaian, lantaran tidak memiliki kepentingan selain perdamaian itu sendiri.

Ia mengakui Indonesia masih sibuk mengurusi berbagai masalah dalam negeri, dan sangat banyak waktu yang tersita untuk mengurusi berbagai masalah dalam negeri tersebut.

Namun, Kiai Muhyiddin menegaskan masalah-masalah dalam negeri tidak boleh dijadikan alasan negara Indonesia, untuk tidak mengurusi urusan umat Muslim secara global.

''Indonesia tidak boleh merasa minder, akan kemampuan menyelesaikan konflik yang melibatkan umat Muslim, dengan level tertinggi sekalipun,'' jelas kiai Muhyiddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement