Sabtu 10 Oct 2015 10:03 WIB

Pelajaran dari Musibah (2-Habis)

Kebakaran hutan
Foto: blogspot
Kebakaran hutan

Oleh: Prof Didin Hafidhuddin

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musibah yang berujung dengan kematian secara mendadak dan massal dalam waktu sekejap memberi pelajaran tentang misteri kehidupan dan kematian yang sangat dekat jaraknya satu sama lain. Manusia tidak sepantasnya sombong dan takabur dengan ilmu pengetahuan, teknologi, kekuatan fisik, dan kekayaan yang dimilikinya.

Dalam sekejap dan di luar perhitungan manusia, semua yang ada di muka bumi dan segala yang dirancang oleh manusia kapan saja bisa berubah menjadi petaka dan musibah bila Allah menghendaki. Tentang musibah tercantum di dalam Alquran surah al-Hadid ayat 22 dan 23 dan surah al-Baqarah ayat 154-157.

 

Selain itu, tidak sedikit musibah yang terjadi dan berulang adalah akibat ulah tangan manusia. Sesuai dengan sunnatullah bahwa perbuatan merusak yang dilakukan tangan manusia akan mendatangkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain maupun bencana bagi masyarakat secara luas. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya, "Telah nyata kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia supaya mereka merasakan sebagian dari hasil apa yang telah mereka kerjakan, mudah-mudahan mereka kembali." (QS ar-Ruum ayat 41).

Makna ayat di atas sangat tepat dihubungkan dengan kerusakan alam, seperti kebakaran hutan, banjir, dan bahaya kekeringan adalah akibat ulah manusia karena kebodohan maupun karena keserakahan. Musibah kabut asap yang luar biasa kerugian dan bahayanya terhadap kesehatan dan keselamatan nyawa manusia di wilayah Sumatra dan Kalimantan pada saat ini tidak bisa disimpulkan hanya karena faktor alam dan perubahan iklim.

Dalam musibah kabut asap ini terdapat andil manusia (perorangan dan perusahaan) sebagai penyebab. Pembakaran hutan sebagai jalan pintas untuk membuka lahan perkebunan dilakukan oleh pihak atau perusahaan pembakar tanpa peduli dengan kepentingan orang banyak.

Musibah kebakaran hutan selalu bertepatan dengan musim kemarau. Dalam musibah ini bukanlah Allah tidak kuasa menghentikan dengan menurunkan hujan. Akan tetapi, Dia berkehendak memberi peringatan dan teguran kepada manusia terhadap sikap dan perbuatan serakah dan perbuatan merusak alam.

Dalam kaitan dengan musibah kabut asap akibat pembakaran hutan, negara melalui alat kekuasaan yang dijalankan pemerintah tidak boleh kalah dan menyerah. Keselamatan orang banyak harus menjadi prioritas dan pertimbangan utama pemerintah. Kepentingan orang banyak lebih utama daripada kepentingan sekelompok orang.

Karena kabut asap selalu berulang setiap tahun dan tahun ini semakin parah dan luar biasa dampaknya, memerlukan tindakan penanggulangan yang luar biasa dari pemerintah.

Bila perlu untuk memberi efek jera kepada pelakunya, pemerintah bisa mengeluarkan dasar hukum untuk bertindak, misalnya, mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) bahwa lahan hutan yang dibakar diambil atau disita oleh negara.

Penegakan hukum yang tegas dan "tidak tebang pilih" atas pelaku tindakan pembakaran hutan diharapkan mampu mencegah terulangnya kejadian karena selalu berulang setiap tahun. Musibah akibat perbuatan manusia itu menimbulkan korban, terutama kesehatan penduduk dan bisa mengancam nyawa akibat gangguan saluran pernapasan.

Penanganan kabut asap merupakan persoalan serius. Masalah ini menyangkut tanggung jawab pemerintah dalam melindungi keselamatan warga negara dan menjaga wibawa negara Republik Indonesia di mata negara tetangga yang terkena dampak kabut asap.

Menyikapi dua jenis musibah yang dialami umat dan bangsa kita sebagaimana dijelaskan di muka, mari kita menarik pelajaran dari dua sisi, yaitu pertama, pelajaran dari sisi keimanan. Manusia tidak bisa lari dari kematian dan untuk itu wajib mengisi kehidupan dengan iman dan amal saleh sebagai bekal dan persiapan menghadapi akhirat. Sikap dan perbuatan menentang syariat-Nya semasa di dunia akan berujung penyesalan ketika setiap diri harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan pengadilan Ilahi kelak.

Kedua, pelajaran dari sisi peranan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dalam kapasitas sebagai khalifatullah fil ardh, manusia harus senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi berbuat kerusakan (fasad) terhadap lingkungan.

Setiap perbuatan yang tidak memikirkan keselamatan orang lain, seperti membakar hutan, pasti akan mengundang datangnya musibah. Musibah dalam kategori ini dapat dihindari jika manusia memedomani tuntunan Islam dalam Alquran dan sunah tentang larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Wallahu a'lam bis shawwab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement