Ahad 04 Oct 2015 17:17 WIB

Sedekah Kampung Suku Ketapik Sudah Ada Sejak 1946

Mengaji
Mengaji

REPUBLIKA.CO.ID, KELAPA -- Tokoh masyarakat Desa Kacung, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Irsadi, mengungkapkan pesta adat tahunan Suku Ketapik telah dilaksanakan sejak tahun 1946 dan terus dilestarikan hingga kini.

"Tahun ini merupakan pesta adat yang ke-69. Kami berharap ke depan pesta adat sedekah kampung terus dilaksanakan karena mengandung nilai-nilai adat dan agama yang layak untuk diteladani," ujar Irsadi di sela-sela pelaksanaan pesta adat Suku Ketapik di Kacung, Ahad (4/10).

Ia menerangkan, pada awalnya pesta adat tersebut digelar sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat, terutama orang tua para santri yang berhasil menyelesaikan salah satu tahap pelajaran agama yaitu fasih membaca Al Quran.

"Sejak dahulu setiap kali para santri berhasil khatam Alquran dilanjutkan dengan pesta kampung yang disambut bahagia oleh seluruh warga, bahkan kemeriahannya seperti saat perayaan Idul Fitri," kata dia.

Dia mengatakan, setiap pesta kampung digelar seluruh rumah warga terlihat bersih, rapi dan siap menerima tamu dari mana saja dengan berbagai hidangan khas dan kue-kue. "Kami cukup terbuka, siapapun kami ajak mampir ke rumah untuk mempererat silaturahim, persis seperti saat lebaran," kata dia.

Terkait dengan rangkaian pesta adat Suku Ketapik, kata dia, ada beberapa pergeseran budaya yang dijalankan yang disesuaikan dengan ajaran Islam. "Kalau dahulu setiap kali digelar pesta adat hanya berisi hiburan, seperti pertunjukan musik dambus, becampak, pertunjukan silat dan setelah masuk arus modernisasi juga ada pentas musik dan orgen tunggal," kata dia.

Namun, kata dia, ada beberapa pergeseran kebiasaan masyarakat dalam menggelar pesta adat dari yang sebelumnya terkesan hura-hura berhasil diubah menjadi lebih religius. "Permainan rebana, pembacaan ayat-ayat suci Alquran di Masjid, pencak silat dan pertunjukan lain saat ini lebih terasa nilai-nilai Islamnya, bahkan arak-arakan dengan menggunakan kereta sador juga mengusung tema-tema keagamaan," kata dia.

Seluruh santri yang berhasil fasih membaca Alquran pada saat pesta adat didandani seperti layaknya pengantin adat dan diarak keliling kampung menggunakan kereta sador berhias aneka warna. "Mereka merasa bangga, senang, merasa tersanjung dan dihargai jerih payahnya belajar agama. Nilai-nilai itu ternyata berhasil memotivasi generasi di bawahnya untuk belajar Alquran dengan harapan pada saat khatam nanti diperlakukan sama dengan pesta yang cukup meriah," kata dia.

Melalui pesta yang dilaksanakan setiap tahun sejak Indonesia merdeka tersebut, ia dan warga Suku Ketapik berharap generasi penerus di daerah itu semakin bersemangat belajar agama dan tetap menjalankan adat dan budaya turun temurun tinggalan leluhur yang sarat akan nilai-nilai positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement