Kamis 27 Aug 2015 00:29 WIB

Soal Syiah, NU Minta Jaga Kerukunan Agama

Rep: Ahmad Fikri/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum PBNU terpilih KH. Said Aqil Siradj (kanan) didampingi Rais Aam Syuriah PBNU KH. Maruf Amin tersenyum ketika dirinya kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015-2020 pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Kamis (6/8) dini hari.
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Ketua Umum PBNU terpilih KH. Said Aqil Siradj (kanan) didampingi Rais Aam Syuriah PBNU KH. Maruf Amin tersenyum ketika dirinya kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015-2020 pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Kamis (6/8) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menekankan pentingnya kerukunan umat beragama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan Said  pembahasan isu kelompok anti-syiah dalam Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) kesembilan di Surabaya, Jawa Timur.

"Namanya warga bangsa semuanya saudara kita kecuali jika bertentangan dengan pancasila," kata Said usai menjadi pembicara dalam Halaqah Kebangsaan PBNU di Jakarta, Rabu (26/8). Said menyatakan, NU sudah selesai membahas persoalan mazhab tersebut. Ia pun tidak memberikan banyak pernyataan dan membiarkan MUI melakukan pembahasan terkait persoalan syiah di Indonesia.

"Bagi NU itu sudah selesai. Barangkali menurut MUI belum selesai sehingga perlu dibahas," ujar Said.

Terkait adanya kelompok-kelompok yang berusaha memperkeruh kedamaian di Indonesia, menurut Said, akibat tidak memahami agama secara utuh. Ia menyatakan, kelompok tersebut menyampaikan kepentingan dengan emosi yang meluap-luap bahkan seakan memonopoli surga.

 

Untuk meredam hal itu, ujarnya, para kyai tidak bosan-bosan membimbing masyarakat agar terus menjunjung akhlak mulia dan mencintai kedamaian.

Sementara itu, Sekretaris Jendral PBNU Helmy Faishal Zaini menyatakan persoalan syiah diserahkan pada ulama. Helmy menekankan saat ini yang terpenting adalah masyarakat perlu membangun sikap saling menghormati.

Fungsi agama, jelasnya, adalah untuk kemanusiaan. Menurutnya, jika ada agama yang bersifat dikotomis konfrontatif maka itu sudah keluar dari esensi agama itu sendiri. "Jadi harus terus ada dialog dan saling hormat menghormati," kata Helmy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement