Senin 17 Aug 2015 19:29 WIB

MUI: Merdeka itu Menolak Hegemoni Asing

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
 Warga bersorak saat memenangkan panjat pinang pada peringatan HUT Kemerdekaan ke-70 Republik Indonesia di Kota Sorong, Papua, Senin (17/8).   (Republika/Rakhmawaty La’lang)
Warga bersorak saat memenangkan panjat pinang pada peringatan HUT Kemerdekaan ke-70 Republik Indonesia di Kota Sorong, Papua, Senin (17/8). (Republika/Rakhmawaty La’lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Choli Nasfis menuturkan, sejatinya kemerdekaan Indonesia yang ke-70 belum dicapai. Menurutnya, Merdeka itu independen dalam melakukan tindakan dan terbebas dari kendali serta tekanan negara lain.

"Hari ini kita menunggu detik-detik peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia gegap gempita dengan pekik kemerdekaan seusai proklamator mengumumkan kemerdekaan," kata Cholis Nafis kepada ROL, Senin (17/8).

Choli mengatakan, dahulu presiden Soekarno menyetakan bahwa 'Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia'. Tentu, pernyataan tersebut untuk menyatakan merdeka dari penjajahan Jepang.

"Negara Indonesia telah merdeka dan berdaulat, tetapi apakah bangsa Indonesia juga telah merdeka?. Merdeka itu independen dalam melakukan tindakan dan terbebas dari kendali dan tekanan pihak lain,"kata Kiai Cholil.

Artinya, lanjutnya, sistem bernegara, konstitusi, dan undang-undang harus berpijak pada kepentingan nasional yang menolak hegemoni dan tekanan Asing. Serta kekayaan negara harus dikelola oleh dan untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement