Selasa 04 Aug 2015 22:40 WIB
Muktamar NU

Harlah ke-75, Keluarga Gus Dur Lestarikan Tradisi

Rep: Lintar Satria/ Red: Agung Sasongko
Ibu Sinta Nuriyah didampingi keluarga menyambangi makam Abdurrahman Wahid di komplek pemakaman keluarga di kawasan Ponpes Tebuireng, Jombang, Jatim, Selasa (4/8).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ibu Sinta Nuriyah didampingi keluarga menyambangi makam Abdurrahman Wahid di komplek pemakaman keluarga di kawasan Ponpes Tebuireng, Jombang, Jatim, Selasa (4/8). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Keluarga besar Abdurrahman Wahid alias Gus Dur berziarah di makam mendiang mantan Presiden itu di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ziarah digelar bersamaan dengan peringatan hari lahir Gus Dur pada 4 Agustus 1940 sekaligus menghadiri penyelenggaraan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang. Mereka bersama memanjatkan doa di pusara Gus Dur.

“Melakukan ziarah ke makam-makam para sesepuh, aulia, di berbagai daerah di Indonesia. Itu seperti yang disukai Gus Dur, melakukan ziarah ke makam-makam aulia dengan berkeliling ke berbagai wilayah di Indonesia," Alissa Wahid, Selasa (4/7).

Tampak di antara peziarah adalah Sinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur), Alissa Qotrunnada alias Alissa Wahid (putri sulung), Zannuba Arrifah Chafsoh alias Yenny Wahid (putri kedua), dan Inayah Wulandari (putri bungsu).

Seusai berziarah, Yenny Wahid menyampaikan pesan khusus kepada para peserta Muktamar NU agar mereka mengedepankan etika atau akhlakul karimah. Ia mengatakan itu, merespons kericuhan yang terjadi di lokasi Muktamar pada Ahad lalu.

Yenny mengingatkan bahwa lokasi Muktamar itu adalah Jombang, yang merupakan tempat NU didirikan oleh kakek buyutnya, KH Hasyim Asya’ari, pada tahun 1926. Perbedaan pendapat sekeras apa pun, katanya, tetap harus mengedepankan etika, sebagaimana yang diajarkan KH Hasyim Asya’ari dan para ulama lain.

"‎Harapan saya, Muktamar NU ini berjalan lancar dan juga berakhir dengan lancar. Para pemimpinnya mengedepankan akhlakul karimah, mengedepankan musyawarah dan menghormati para sesepuh dan perjuangan para pendiri (NU),” ujar Yenny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement