Ahad 02 Aug 2015 14:51 WIB

Peziarah Makam Gus Dur Membeludak

Rep: Andi Nurroni/ Red: Agung Sasongko
Makam Gus Dur
Makam Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Makam mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang disesaki para peziarah. Dibandingkan hari-hari biasanya, awal Agustus ini, peziarah makam Gus Dur melonjak puluhan kali lipat.

Lonjakan pengunjung terjadi karena pada 1-5 Agustus ini, di Jombang dilangsungkan Muktamar ke-33 Nahldlatul Ulama, ormas Islam terbesar di tanah air yang turut dibesarkan Gus Dur semasa hidupnya. Para peziarah makam Gus Dur umumnya adalah rombongan "penggembira" yang datang untuk menyemarakan muktamar.  

Pengamatan ROL, Sabtu (1/8), gelombang manusia, terus mengalir, baik masuk ke kompleks pemakaman maupun mereka yang meninggalkan situs tersebut. Gang menuju kompleks makam Gus Dur yang sempit karena disesaki para pedagang menjadi semakin sempit karena arus manusia.

Kompleks pemakaman Gusdur sendiri dibuat serupa gedung dengan lorong memanjang. Di ujung lorong, terdapat area berpagar yang merupakan perduan terakhir para kiai NU. Tak hanya, Gus Dur, di sana juga dikebumikan pendiri NU, KH Hayim Asy'ari dan ulama NU tersohor KH Wahid Hasyim. Keduanya merupakan kakek dan ayah Gus Dur.  

Menuju area pemakaman, di lorong gedung, berjejer sejumlah kios dan yang menjajakan, baik barang maupun jasa. Dijual di sana pakaian muslim, buku, makanan, serta ada juga layanan pijat gratis untuk pengunjung.

Sebagian pengunjung meluangkan waktu untuk mengaji di sekitar area pemakaman. Sebagian lainnya cukup sekedar berdoa lalu memilih untuk berwisata belanja. Di luar kompleks makam Gusdur, di sepanjang jalur utama menuju kompleks tersebut, berdiri kios-kios pedagang di kanan-kiri jalan.  

Pada Sabtu (1/8), makam Gus Dur didatangi orang dari berbagai penjuru Indonesia. Salah seorang pengunjung, Dani, berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Menurut Dani, ia dan rombongan datang ke Muktamar ke-33 NU menggunakan sembilan bis. Padahal, menurut Dani, peserta Muktamar hanya empat orang, dan mereka pun membawa kendaraan pribadi.

"Kami tim pengggembira aja. Kami ingin memeriahkan Muktamar, sekaligus ziarah ke makam para wali dan kiai," ujar pengajar di salah satu Pondok Pesantren di Tasikmalaya itu.

Menurut Dani, mereka tertarik mengunjungi makam Gus Dur untuk meneladai pemikiran dan sikap Bapak Pluralisme itu. "Di samping kiai, beliau juga bapak bangsa yang diidam-idamkan di tubuh NU. Mudah-mudahan ke depan NU memiliki Gus Dur-Gus Dur baru," ujar dia.

Pengunjung lain, Toni, datang bersama 14 orang kawannya dari Pekalongan, Jawa Tengah. Toni dan rekan-rekannya merupakan aktivis Gerakan Pemuda Ansor, sayap pemuda Nahdlatul Ulama.

"Kami rombongan mandiri. Kami mau ikut mermaikan Muktamar, sekaligus berziarah," ujar Toni.

Arif, petugas penjaga kompleks makam Gus Dur, menyampaikan, biasanya, dalam sehari kunjungan rata-rata 10 bus. Sementara bersamaan dengan Muktamar ke-33 NU, jumlah mereka melonjak puluhan kali lipat.

Melihat tingginya animo publik ke makam Gusdur, menurut Arif, pengelola menambah jam kunjungan. "Khusus saat Muktamar, akses bagi pengunjung terbuka 24 jam. Sebelumnya, kami hanya melayani kunjunghan pukul 07.00 hingga 16.00 dan pul 20.00 sampai 03.00.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement