Ahad 02 Aug 2015 06:35 WIB

Muktamar NU Momentum Satukan Warga Nadhliyin Bangun Desa

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Muktamar Nahladtul Ulama (NU) ke-33 yang berlangsung di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 1-5 Agustus, diharapkan dapat memberikan atmosfer semangat membangun desa yang menjadi program pemerintah. Pelaksanaan Muktanar NU, yang diikuti warga Nahdliyin yang notabene penduduk desa, sangat tepat untuk menyatukan suasana kebatinan para peserta dalam ikut serta memikirkan upaya pembangunan desa.

"Saya sebagai menteri desa dan kader NU tentu sangat berharap muktamar ini menjadi momentum untuk menyatukan semangat andil warga NU dalam upaya pembangunan desa yang menjadi salah satu tugas di Kemendesa," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar di Jombang, Sabtu (1/7)).

Marwan mengatakan, selain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan semangat membangun desa, pada Muktamar NU kali ini juga nosa untuk menyatukan kembali ikhtiar NU sebagai organisasi yang lebih mengedepankan musyawarah dan toleransi. "Ini perlu direfleksikan kembali di acara yang melibatkan kader NU dari berbagai tingkatan tersebut, agar NU bisa istiqamah dalam menjaga keharmonisan antarumat," ujarnya.

Menurut Marwan, warga NU sangat penting menjaga dan meningkatkan dua hal tersebut. Sebab, keduanya merupakan modal dasar dalam membangun Indonesia yang rahmatan lil alamin. "Percuma kita membangun desa, tapi masyarakatnya masih terlalu kaku dalam menerima pendapat orang lain, keyakinan umat agama lain. Inilah tugas kita (NU) bersama, bagaimana agar ke depan tidak ada lagi masyarakat desa yang mempersoalkan perbedaan."

Dengan sikap intoleransi yang masih terjadi berbagai daerah, Marwan menegaskan, betapapun semangat membangun desa terus kita lakukan, akan sulit maju dan berkembang. Karena intoleransi sangat rentan diprovokasi yang berujung pada kerusuhan.

"Kita ambil contoh kasus kerusuhan antarumat beragama terakhir yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua beberapa pekan lalu. Sekali lagi, ini harus kita jadikan refleksi bersama, agar ke depan hal demikian tidak terjadi lagi di daerah atau desa yang lain," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement