Rabu 29 Jul 2015 12:59 WIB
Muktamar Muhammadiyah

Tak Ada Tradisi Persaingan dalam Pemilihan Ketum PP Muhammadiyah

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Panitia Pelaksana menyatakan persiapan Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah ke 47 di Makassar telah selesai.
Foto: ANTARA FOTO/Darwin Fatir
Panitia Pelaksana menyatakan persiapan Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah ke 47 di Makassar telah selesai.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemilihan Ketua Umum Muhammadiyah dipastikan tidak pernah disertai tradisi persaingan tajam antarkandidat.

“Nggak ada, karena sistemnya kolektif kolegial,” tegas Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Selasa (28/7).

Haedar melanjutkan, pemilihan ketum Muhammadiyah menggunakan sistem kolektif kolegial, bukan muktamirin langsung memilih ketua umum. Muktamar hanya memilih 13 orang dewan formatur yang semuanya berhak memilih dan dipilih menjadi ketua umum.

Menurut dia, yang muncul dari sistem itu adalah semangat kebersamaan. Kalau kultur pemilihannya seperti partai politik, tentu akan ada persaingan. Tapi, karena sistemnya yang dipilih 13 orang, tidak terjadi persaingan semacam itu. Ia berpendapat, jabatan tidak dikejar, tapi ketika diberi amanat ditunaikan dengan baik.

Haedar menyatakan, ke-82 calon yang ada saat ini potensial menjadi ketua umum. Tapi, belum bisa dipastikan karena harus menunggu sidang tanwir.

Nantinya, 82 nama itu dikerucutkan dalam sidang tanwir menjadi 39 orang, kemudian dipilih dalam muktamar menjadi 13 orang. Calon-calon potensial baru akan terlihat sesudah sidang tanwir.

Terkait kriteria calon Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar tak ingin berkomentar. “Peserta muktamar yang punya visi seperti itu. Kalau kita para pimpinan menjalankan tugas saja. Intinya, yang bisa membawa Muhammadiyah maju,” kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement