Selasa 28 Jul 2015 09:59 WIB

NU-Muhammadiyah Diminta Bangun Karakter Kader yang Berpolitik

Rep: Andi Nuroni/ Red: Agung Sasongko
Kader-kader Muhammadiyah (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Kader-kader Muhammadiyah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah diharapkan dapat membangun karakter atau personifikasi kader mereka yang terjun ke politik praktis. Selama ini, kader NU dan Muhammadiyah yang aktif di partai politik, tak jarang berperilaku tak ubahnya bukan kader ormas Islam.

Pendapat tersebut disampaikan Pengangamat Politik Univeristas Airlangga (Unair) dalam sebuah diskusi publik di Surabaya, Senin (27/7). Menurut Hariadi, agenda muktamar yang akan diselenggarakan kedua organisasi awal Agustus mendatang dapat menjadi ruang mendiskusikan isu tersebut.

"Kedua organisasi ingin berkontribusi ke luar. Itu satu hal yang sangat mulia. Tapi juga harus diseimbangkan dengan penguatan ke dalam," ujar Hariadi.   

Hariadi menggambarkan, tidak dipungkiri, kedua organisasi saat ini memiliki kedekatan dengan partai tertentu. Namun, menurut dia, nilai-nilai Islam yang menjadi landasan kedua organisasi sering kali kalah diperjuangkan di dalam partai.

Dalam menghadapi agenda politik, seperti pemilihan presiden, menurut Hariadi, kedua ormas pun sering mengalami fragmentasi di intern. "Entah, apakah itu merupakan mekanisme baru survival untuk mengoptimalkan raihan material, atau bagaimana," ujar Hariadi.

Pada 1-5 Agustus, NU akan menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur. Sementara, pada 3-7 Agustus, Muhammadiyah akan melangsungkan Muktamar ke-47 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement