Senin 06 Jul 2015 14:08 WIB

'Jangan Remehkan Bahaya Pornografi Internet'

Anak dan Pornografi (ilustrasi)
Foto: Antara
Anak dan Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama, Kota Bogor, Dr Ir Ifan Haryanto menilai, sangat penting melibatkan kalangan ulama dalam upaya mengurangi bahaya pornografi sebagai ekses dari perkembangan teknologi informasi.

"Kyai, tokoh masyarakat, ulama, dan lembaga informal seperti halnya pondok pesantren serta Ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah, dapat menjadi agen penting untuk menangkal ancaman pornografi, khususnya bagi generasi muda," katanya, di Bogor, Jawa Barat, Ahad Kemarin.

Tokoh informal dan ormas keagamaan, katanya, dapat digandeng untuk terus mengingatkan jamaahnya akan bahaya pornografi, serta mengajak seluruh pihak untuk melakukan upaya-upaya mengurangi bahaya pornografi di masyarakat.

Kepala Pusat Penyuluhan Sosial (Puspensos) Kementerian Sosial Tati Nugrahati, saat berbicara pada kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan 2015 bertema "Literasi Media dan Edukasi Jasa Keuangan" yang diselenggarakan Serikat Pekerja Antara (SPA) bekerja sama dengan Kemensos, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan SEAMEO Biotrop, di Bogor, Sabtu (4/7), juga menyatakan sependapat atas pembatasan ekses pornogafi tersebut.

Tati menyatakan, modernisasi media turut andil dalam menyebarluaskan konten pornografi, terutama di kalangan remaja, seiring banyaknya produk tontonan anak-anak, termasuk komik dan sinetron yang mengandung unsur porno.

Ia merujuk pada sumber dari Yayasan Kita dan Buah Hati yang menyebutkan, anak-anak mendapatkan pornografi dari komik sebanyak 23 persen, game 17 persen, situs 17 persen, film 13 persen dan 57 persen sinetron Indonesia yang mengandung unsur pornografi.

Menurut Ifan, salah satu potensi bahaya terbesar saat ini bagi generasi muda adalah bahaya pornografi internet.

"Ribuan situs pornografi dengan sangat mudah diakses tanpa batas dan di mana saja," kata sarjana Jurusan Teknik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Intitut Teknologi Bandung (ITB), yang menyelesaikan Master (S2) pada Economic Development and Policy, School of Public Policy, The University of Birmingham, Inggris itu.

Salah satu pegiat Pengurus Cabang Istimewa NU kawasan Inggris Raya itu menambahkan yang berbahaya adalah jika konten pornografi internet diakses oleh remaja/pemuda yang masih labil dan belum dapat

menilai baik atau buruknya suatu hal.

Karena itu, kata doktor lulusan Institut Pertanian Bogor itu, hal terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi anak dan remaja dari bahaya pornografi adalah dengan cara membentengi mereka melalui penanaman dan penerapan disiplin sistem/nilai moral yang baik.

"Sehingga anak dan remaja dapat membuat keputusan sendiri untuk memilih dan menentukan hal apa yang baik atau tidak secara moral," katanya.

Dengan melihat kondisi ini, katanya, anak-anak perlu didorong untuk mempelajari ilmu agama dalam sekolah formal maupun pondok pesantren yang menjadi salah satu pilihan dari upaya pencegahan, kata Ifan Haryanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement