Rabu 01 Jul 2015 16:55 WIB

Intelektual Muhammadiyah Harus Dipanggil Pulang

Rep: c08/ Red: Damanhuri Zuhri
Hajriyanto Tohari
Hajriyanto Tohari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Pemrakarsa Silaturahim Intelektual Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengatakan sudah saatnya Pimpinan Pusat Mihammadiyah memanggil pulang para intelektual Muhammadiyah baik alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah, ataupun yang berlatar aktivis Muhammadiyah.

Tujuan pemanggilan pulang para intelektual Muhammadiyah, menurut Hajriyanto, agar mereka bersama-sama ikut mendorong Muhammadiyah semakin berkembang dalam berpartisipasi dalam kemajuan bangsa.

Tidak harus ikut kembali terlibat secara fisik di dalam kepengurusan, menurut Hajri, minimal para intelektual Muhammadiyah yang selama ini tidak terlibat di dalam kepengurusan dapat memberika ide-ide ataupun gagasan untuk memajukam Muhammadiyah.

"Kita ingin ada arus balik para intelektual Muhammadiyah, setidaknya mereka diharapkan memulangkan ide dan gagasan untuk Muhammadiyah abad kedua ini," kata Hajri dalam konferensi pers jelang Silaturahim Intelektual Muhammadiyah di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

Menurut mantan Wakil Ketua MPR ini, ketika Muktamar Muhammadiyah pertama, Muhammadiyah memiliki corak gerakan pada bidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Ia menyebut gerakan yang akrab disebut sebagai trisula ini telah berhasil menciptakan banyak kalangan intelektual dan juga sumbangsih kemasyarakatan lainnya.

Untuk itulah di abad ke dua ini, Hajri mengharapkan agar trisula yang sudah lama berjalan ini, ditambahkan dengan trisula baru, yaitu gerakan peduli bencana, pemberdayaan masyarakat, dan gerakan melalui lembaga zakat Muhammadiyah.

Hajri berharap dengan menjalin silaturahim dengan kalangan intelektual Muhammadiyah, dapat memperkuat salah satu ormas yang tertua di Indonesia ini.

Selama ini, kata dia, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memainkan peranan penting dalam aspek penegakan nilai-nilai dalam setiap persoalan bangsa. Tak hanya untuk Indonesia tapi juga dunia.

"Muhammadiyah tak ingin hanya berperan dalam pemikiran saja. Tapi juga melakukan hal kongkrit, sebagai dakwah amar makruf nahi mungkar yang mementingkan amal dan perbuatan dari pada gagasan," ujar Hajri menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement