Senin 29 Jun 2015 21:01 WIB

Tantangan Muslim Amerika Saat Perjuangkan 'Equality for Eid'

Muslim Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: AP/Sue Ogrocki
Muslim Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Alih-alih mengakui libur Muslim, dewan pendidikan memilih untuk menghapus semua nama hari libur keagamaan dari kalendar sekolah, termasuk Natal, Paskah dan libur Yahudi, walaupun sekolah masih akan libur pada hari-hari tersebut.

Orang tua dan aktivis Islam, Saqib Ali, dari Equality for Eid Coalition mengatakan keputusan dewan pendidikan adalah suatu kesalahan.

“Sepertinya dewan melakukan upaya apapun agar tidak memberikan persamaan hak kepada komunitas Muslim,” ujar Saqib Ali dari Equality for Eid Coalition. Ia memperkirakan keputusan tersebut akan “memicu reaksi keras dari masyarakat lebih luas terhadap sekolah dan melawannya.”

Memang, beberapa reaksi online menuduh sekolah-sekolah dan umat Muslim Montgomery County anti Natal.

Charles Haynes, seorang ahli tentang agama dan pendidikan dari Religious Freedom Center di Washington, mengatakan dewan sekolah Montgomery County berada dalam posisi terjepit, seperti di banyak tempat lainnya di Amerika, "karena Amerika Serikat kini merupakan salah satu negara dengan agama paling beragam."

"Semakin lama, komunitas agama minoritas di Amerika mulai berani mengungkapkan pendapat mereka dan mengatakan, “Kami juga ada di negara ini. Negara ini mengakomodasi umat Kristen dan Yahudi pada kalendar sekolah. Bagaimana dengan kami?”

Haynes menambahkan bila satu kelompok agama minoritas cukup besar di suatu distrik sekolah, maka mereka bisa menggunakan alasan sekuler bahwa sekolah harus libur karena banyak yang tidak masuk. “Tapi bila tidak ada alasan tersebut, pihak sekolah mungkin tidak mau meliburkan sekolah, tanpa melanggar amandemen pertama,” tambahnya mengacu pada ketentuan konstitusional yang memisahkan agama dengan negara.

sumber : VOA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement