Selasa 23 Jun 2015 14:09 WIB

Isi Bahasan Watimpres dan Ulama Mesir

 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi ANTARA/Andika Wahyu
Foto: ANTARA /Andika Wahyu
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi ANTARA/Andika Wahyu

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia (Wantimpres) KHA Hasyim Muzadi mengakhiri kunjungan kerja ke Mesir pada Selasa (23/6) untuk berdialog dengan pemuka Islam di negara itu.

Kyai Hasyim dalam lawatan tiga hari itu bertemu dengan Mufti Nasional Mesir Sheikh Shawqi Allam, Menteri Wakaf (semacam Menteri Agama di Indonesia) Syeikh Mohamed Mokhtar Gomaa dan Wakil Syeikh Agung Al Azhar Prof Dr Abbas Shuman.

Dalam pertemuan dengan Mufti Shawqi Allam, Kyai Hasyim yang didampingi Duta Besar RI untuk Mesir Nurfaizi Suwandi menjelaskan tentang situasi terkini di Indonesia khususnya terkait isu-isu keagamaan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Adapun Mufti Allam, yang memimpin Daarul Ifta (Lembaga Fatwa), menjelaskan fungsi keberadaan lembaga fatwa di bawah birokrasi pemerintah adalah untuk menyatukan fatwa yang merupakan kebutuhan hidup sehari-hari umat Islam.

Oleh karena itu, Daarul Ifta yang berusia 120 tahun, berdiri sejak 1895 tersebut, selain sebagai penasehat pemerintah di bidang keagamaan, juga melayani kebutuhan fatwa yang diminta masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

"Pemberikan fatwa kepada masyarakat itu melalui beragam media baik secara lisan, tulisan, internet maupun melalui telepon sesuai kebutuhan masyarakat sehari-hari menyangkut Islam," kata Mufti Allam.

Akibat banyaknya permintaan fatwa dari pemerintah maupun masyarakat, Daarul Ifta setiap hari mengeluarkan 1.000-1.500 fatwa sesuai persoalan keagamaan yang dihadapinya.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Menteri Wakaf Mokhtar Goumah, Kyai Hasyim menjelaskn wakaf memiliki potensi sangat besar di Indonesia, namun belum terkelola secara profesional. Oleh karena itu, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) itu mengemukakan keinginan Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan Kementerian Wakaf Mesir.

Menanggapi keinginan Kyai Hasyim, Menteri Goumah menyambut baik bekerja sama kedua negara, berupa pelatihan pengelolaan wakaf sampai pada tataran yang sangat teknis. Di sisi lain, Menteri Wakaf juga menyampaikan apresiasi atas peran Indonesia di dunia Islam dalam upaya membendung penyebaran pemikiran radikal.

Menteri Wakaf berharap tradisi toleransi serta budaya kebersamaan di Indonesia dapat ditularkan ke belahan bumi lain sehingga membendung timbulnya konflik horizontal antarkelompok masyarakat.

Dalam pandangannya, Kyai Hasyim menegaskan bahwa munculnya pemikiran radikal yang dapat memicu konflik horizontal tersebut merupakan akibat dari ketidakpercayaan kalangan kelompok masyarakat terhadap birokrat, termasuk pula lemahnya peran ulama dalam melakukan pelurusan dan moderasi pemikiran radikal.

Kunjungan ke Mesir ini merupakan salah satu rangkaian lawatan Kyai Hasyim dalam kapasitas sebagai anggota Wantimpres ke beberapa negara sahabat untuk melakukan dialog secara langsung terkait isu-isu keagamaan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Kyai Hasyim juga berkesempatan menghadiri pertemuan dialogis dengan mashasiswa Indonesia di asrama mahasiswa, Wisma Nusantara di Kairo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement