Rabu 06 May 2015 18:51 WIB

Menag: Indonesia Miliki Khas dalam Seni Baca Alquran

Seorang jamaah membaca Alquran usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7).   (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Seorang jamaah membaca Alquran usai shalat dhuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (2/7). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Indonesia memiliki ciri khas Islam Nusantara. Misalnya seni membaca Alquran dengan qiraah Sunda, Jawa, Madura dan gaya langgam khas dalam negeri lainnya.

"Oleh karena itu, bila didapatkan qori (pelantun Alquran) yang bisa membaca dengan langgam Melayu, Bugis, Medan dan dengan langgam apapun yang itu merupakan ciri Nusantara kita. Saya pikir itu akan sangat memperkaya khazanah qiraah kita dan suatu saat menarik juga kita festivalkan dalam acara-acara tertentu," kata Lukman saat menghadiri acara Milad ke-18 Bayt Alquran dan Museum Istiqlal di area Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (6/5).

Sejauh ini, Kementerian Agama memiliki beberapa qori yang menguasai ilmu membaca Alquran (tajwid) dan bisa melantunkan ayat-ayat Alquran dengan langgam Jawa, Sunda, Madura dan Aceh. Langgam Alquran ala Indonesia itu, kata Menag, merupakan bentuk pengembangan budaya untuk mencintai Alquran lewat seni.

Upaya itu juga sejalan dengan pengkajian dan penerapan pesan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. "Tentu saja dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmu tajwid," kata Menag.

Menag mengatakan kemampuan Indonesia dalam menggali khazanah Islam Nusantara akan membuat Indonesia menjadi model dalam mempromosikan Islam berkarakter, yang menghargai keberagaman agama, budaya, bahasa dan etnik. "Di saat banyak negara berpenduduk Muslim lainnya dilanda berbagai konflik yang bernuansa agama, Islam Nusantara bisa menjadi oase baru bagi dunia Islam dan masyarakat dunia pada umumnya," kata dia.

Sejauh ini, terdapat tujuh tipe bacaan Alquran mahsyur atau lebih dikenal dengan Qiraah Sab'ah di dunia Islam. Tujuh langgam itu berkembang di masa awal Islam berkembang atau sejak masa sahabat hidup bersama Nabi Muhammad SAW.

Ketujuh qiraah ini biasanya dibedakan berdasarkan "lajnah" (dialek), "tafkhim" (penyahduan bacaan), "tarqiq" (pelembutan), "imla" (pengejaan), "madd" (panjang nada), "qasr" (pendek nada), "tasydid" (penebalan nada) dan "takhfif" (penipisan nada).

Salah satu contoh, sebagian orang Arab mengucapkan vocal "e" sebagai ganti dari "a", seperti ayat "wadh-dhuhaa" yang dibaca oleh sebagian orang dengan "wadh-dhuhee".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement