Senin 04 May 2015 16:47 WIB

NU: Silakan Janji, Asal Dipenuhi

Rep: c71/ Red: Agung Sasongko
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU), Abdul Mun'im (kiri) dan sejumlah pengurus PBNU saat berkunjung ke Republika, Jumat (10/6),
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU), Abdul Mun'im (kiri) dan sejumlah pengurus PBNU saat berkunjung ke Republika, Jumat (10/6),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais  Syuriah Nahdlatul Ulama Ahmad Ishomudin mengakui, Terkadang pemimpin tidak memahami hal-hal yang bisa dijanjikan ketika ia menjabat kelak. Ia mencontohkan, seorang calon legislatif berjanji akan mengaspal jalan padahal itu bukanlah tugasnya kelak. 

"Silahkan berjanji asalkan mungkin dipenuhi ketika ia menjabat," ujar Ahmad, Senin (4/5)

Ahmad lantas berpesan kepada masyarakat untuk ikut kritis terhadap hal-hal yang dijanjikan. Masyarakat pun harus menuntut pemenuhan janji itu. 

Terkait dengan hukum masyarakat menaati pemimpin yang ingkar janji, Ahmad menjelaskan dalam Islam setiap pemimpin yang secara sah terpilih wajib ditaati. Akan tetapi, kata Ahmad, terdapat syarat yaitu selama perintah atau programnya tidak bertentangan dengan kemaslahatan masyarakat atau agama. 

"Maka jika programnya bertentangan dengan agama, rakyat harus mengingatkan atau tidak boleh menaatinya sama sekali," ujar Ahmad. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement