Sabtu 02 May 2015 07:02 WIB

Menepis Label Fundamentalis dengan Islam Humanis

Rep: Heri Purwata/ Red: Indah Wulandari
Akhlak mulia (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Akhlak mulia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) KH Hamid Fahmy Zarkasyi merasa sangat prihatin atas sebuah pernyataan dan anggapan bahwa umat Islam termasuk golongan orang berpikiran absolut maupun fundamentalis.

“Itu sebuah kesalahan berpikir dan kesalahpahaman menafsirkan. Pandangan ini harus kita ubah,” kata Kiai Hamid ketika membuka Silaturahmi Nasional (Silatnas) IV  di Yogyakarta, Jumat (1/5) malam.

Umat Islam, ujarnya, sangatlah humanis karena ingin selalu merasa dekat dengan Allah SWT. Hal itu, dinilainya sebagai ciri-ciri kelompok yang berilmu sangat tinggi.

“Orang yang berilmu  sangat tinggi berarti memiliki akhlak tinggi. Orang berakhlak tinggi berarti karakternya lebih tinggi dari pada orang-orang yang berkarakter. Ini menjadi visi dari MIUMI dan itu harus dibuktikan,” tegas Kiai Hamid.

 

Lebih lanjut, Hamid mengatakan, selama ini berkembang pandangan terhadap umat Islam yang salah. Yaitu, orang yang berfikir absolut  termasuk orang fundamentalis berpotensi menjadi teroris.

“Logika ini berlaku di mana-mana. Apalagi dikaitkan dengan label nama, kalau namanya pakai Hamid, Abudullah, Muhammad dan lain-lain berpotensi teroris.  Selain itu, ditambah dengan aksesoris seperti yang berjanggut berpotensi teroris,” kata Hamid.

Karena itu,  kata Hamid, MIUMI mencoba menghadirkan Islam yang humanis dengan menonjolkan akidah, syariah, dan akhlak (iman, ilmu dan amal).

 “Umat Islam bukan hanya pandai berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga pandai berhubungan dengan manusia,” kata doktor lulusan International Islamic University Malaysia (IIUM) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement